Semarang, NU Online Jateng
Abdullah Imam atau yang biasa dikenal Abdullah Wong merupakan budayawan Nahdlatul Ulama asal Brebes, Jawa Tengah. Kewafatannya pada Sabtu (22/6/2024) menyisakan duka mendalam bagi NU. Sampai wafatnya, Almarhum tercatat sebagai pengurus Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Karya
Di antara karyanya adalah novel yang menceritakan tentang kehidupan KH Abdurrahman Wahid. Novel itu ia beri judul Mata Penakluk: Manakib Abdurrahman Wahid.
Selain itu, ia juga pernah menerbitkan novelnya yang lain berjudul Mada: Sebuah Nama yang Terbalik. Karya ini juga pernah dipentaskan dalam bentuk teater di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada juga bukunya yang lain berjudul Jimat NU, Beyond Motivation, dan Cinta Gugat.
Almarhum juga kerap menulis sajak dan cerpen, mendirikan grup teater, menulis naskah dan menggelar pentas drama, hingga menulis lirik lagu. Wong juga dikenal sebagai penulis dan editor lepas di beberapa penerbitan.
Menulis skenario film dokumenter untuk beberapa stasiun TV lokal dan Negara tetangga juga pernah ia lakukan. Menjadi kontributor kajian religi di KIS FM, Mustang FM, dan Lite FM. Menulis naskah monolog berjudul Malingszt yang dipentaskan oleh aktor Mirzan Insani di UIN Jakarta. Menulis naskah Cermin Bercermin dan dipentaskan pada 28 – 29 Oktober 2011 di Bentara Budaya Jakarta.
Sementara itu, Wong yang memang aktif di berbagai kegiatan kebudayaan, ia juga menjadi seorang penulis naskah, sutradara sebuah teater di Jakarta, serta menjadi pembicara disuksi dan seminar, menulis dan membaca puisi, hingga menyampaikan orasi budaya di berbagai kota.
Kelahiran dan pendidikan
Abdullah Wong, Wong Dzolim, atau Bachwar Abdullah adalah nama pena dari sosok Abdullah Imam. Ia lahir di desa Jatirokeh, Brebes, pada 12 November 1977 dari pasangan Almarhum Bachwar Wirya Saradimulya dan Almarhumah Chamilah binti Kiai Mahfudz bin H Mi’raj. Abdullah Wong sudah megenyam Pendidikan agama sejak kecil, mulai dari TK yang diasuh langsung oleh ibunya, SD mengenyam Diniyyah Awaliyah di Pesantren Al-Falah Jatirokeh, asuhan almarhum Kiai Tarsudi. Wong juga mengaji kitab-kitab klasik kepada KH Nurcholis Mahmud, KH Hasyim, dan kiai lain yang di desanya, Jatirokeh, Brebes.
Selain di desanya, ia juga melanjutkan pendidikan menengah ditempuh di MTs. Asyafi’iyyah, Jatibarang, kemudian dilanjutkan ke MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Di Babakan inilah Wong mengaji kepada KH Malik bin Isa, hingga KH Sya’roni. Pada tahun 1995 setelah menyelesaikan Pendidikan di MAN Babakan, Tegal, ia melanjutan Pendidikan agamanya di Pesantren Kempek Cirebon, Jawa Barat di bawah asuhan KH Ja’far Shodiq, kakak kandung dari Prof Dr KH Sa’id Aqiel Siroj. Setelah itu pada tahun 1999, Abdullah Wong meninggalkan pesantren dan mengembara ke sejumlah pesantren-pesntren yang ada di tanah air.
Selain mengunjungi para ulama dan pesantren-pesantren, Wong juga mulai mengunjungi tokoh-tokoh lintas agama. Pengembaraannya menghantarkan dia sampai ke Jakarta. Di Jakarta ia sempat tercatat di beberapa kampus, yaitu di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan jurusuan Ilmu Komunikasi, Sekolah Tinggi Filsafat (STF) – Driyarkara, Jakarta mengambil jurusan filsafat Barat, dan pada tahun 2009 Wong diterima di Islamic College for Advanced Studies (ICAS) a Branch London di Jakarta. Di ICAS ini Wong mendalami filsafat dan metafisika Islam.