Pamekasan, NU Online
Di momen lebaran ketupat, Nahdliyin di Madura tidak hanya berlibur ke tempat wisata bahari. Di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, wisata api abadi atau api tak kunjung padam dipilih sebagai tempat berlibur atau piknik bersama keluarga.
Bagi para pelancong yang ingin berkunjung ke wisata api alam, mudah dijangkau. Karena lokasinya tidak jauh dari Kota. Kurang lebih 4 kilometer jaraknya.
Berdasarkan pantauan NU Online, wisata tersebut tidak hanya ramai di kala lebaran, tetapi tetap ramai dikunjungi oleh masyarakat lokal dan luar Madura.
Sulfiayin salah satu warga Larangan Tokol menyatakan, mengatakan keunikan wisata ini adalah api tersebut tak mungkin padam kendati diguyur hujan. Hal ini dilatarbelakangi semburan minyak bumi yang tak henti-henti keluar dari perut bumi.
Tak heran, saat mengebor sumur di area sana, kondisi air tak seperti di daerah lainnya. Airnya seakan-akan berbau minyak. Warga pun memilih membeli air kemasan untuk dikonsumsi. Namun untuk buat cuci baju, masih layak digunakan.
“Yang viral di media, api alam itu tidak hanya ada satu atau di pusat wisata. Namun ada pula semburan api yang muncul di luar lokasi, tepatnya di sebelah utara lokasi api alam. Hanya saja sepi dari pengunjung,” ucapnya kepada NU Online, Sabtu (29/4/2023).
Wanita yang aktif di Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Tlanakan ini mengutarakan, destinasi wisata api alam ini cocok dijadikan tempat piknik. Pengunjung bisa memasak langsung makanan dan minuman di lokasi.
“Yang kami lihat, banyak pengunjung membawa alat masak, seperti panci dan lainnya untuk memasak nasi, makanan berkuah, kopi, teh, dan sejenisnya. Bagi pengunjung yang tidak membawa alat masak, toko-toko yang ada di lokasi, memberikan pinjaman panci. Bahkan pedagang menjual ikan dan jagung mentah yang bisa langsung dipanggang di lokasi,” tuturnya.
Legenda api alam
Masyarakat Madura acap kali mengaitkan api alam dengan kisah Ki Moko (Raden Wingyo Kenogo) seorang penyebar Islam yang hidup pada tahun 1683-an.
Kisah yang masyhur dikenal masyarakat, Ki Moko menyembuhkan salah satu Putri Raja Sriwijaya yang tak kunjung pulih dari sakitnya. Berkat kesembuhan sang Putri, Raja memberikan hadiah wanita cantik untuk dinikahi.
Saat menggelar pesta pernikahan, Ki Moko menancapkan tongkat guna membuat sumber mata air dan sumber api untuk keperluan hajatan tersebut. Usai pesta berkahir, Ki Moko mencabut kembali tongkatnya. Namun yang tersisa adalah sumber api yang tak kunjung padam.
“Ini hanya legenda yang viral di tengah-tengah masyarakat. Nyata atau tidaknya, kami kurang tahu. Yang jelas, sumber api alam ini bermanfaat bagi masyarakat setempat,” tandas Sulfiatin.
Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/daerah/api-abadi-di-pamekasan-pilihan-wisata-libur-lebaran-ketupat-Cqstd