Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan pihaknya tengah berdiskusi dengan Pemerintah India dan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS). Diskusi ini digelar untuk mendorong proses keterlibatan yang konstruktif dalam mengatasi ancaman terhadap umat Islam dan kaum minoritas di negara tersebut.
“Nahdlatul Ulama menyadari adanya berbagai pelanggaran dan ancaman terhadap umat Muslim, Kristen, dan populasi minoritas lain di India. Diskusi Nahdlatul Ulama yang sedang berlangsung dengan Pemerintah India dan RSS dimaksudkan untuk mengatasi berbagai pelanggaran dan ancaman tersebut melalui proses keterlibatan yang konstruktif,” tutur Gus Yahya dalam keterangannya, Jumat (23/9/2022).
Nahdlatul Ulama, sambung dia, yakin bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi kepedihan sejarah yang mengakar dan mempromosikan hidup berdampingan secara damai adalah dengan menggandeng semua pihak untuk menolak terlibat dalam sentimen permusuhan dan kebencian.
“Nahdlatul Ulama mendorong setiap orang yang beriktikad baik, dari setiap agama dan bangsa, untuk menolak penggunaan identitas sebagai senjata politik dan ikut serta mendorong solidaritas dan rasa hormat di tengah keberagaman masyarakat, budaya, dan bangsa di dunia,” ungkap Gus Yahya.
Upaya mencapai kehidupan berkeadilan itu, kata dia, selaras dengan visi yang diusung pada agenda Religion of Twenty (R20) sebagai Engagement Group dari G20.
“Inilah misi Forum Agama G20 (R20) saat ini dan tahun-tahun seterusnya,” kata Gus Yahya.
R20 dan Agama sebagai Solusi Masalah Global
India akan memegang Presidensi G20 dari 1 Desember 2022 hingga 30 November 2023. Partai yang berkuasa di India saat ini, yakni Partai Bharatiya Janata (BJP), memiliki hubungan dekat dengan RSS, yang didirikan pada 1925.
Baik BJP maupun RSS adalah bagian dari gerakan nasionalis Hindu yang mewakili pandangan dan sentimen sebagian besar penduduk India.
Gus Yahya melanjutkan, forum dialog antar-pemimpin agama dunia yang diinisiasi PBNU itu ditujukan sebagai platform global untuk menyuarakan nilai-nilai peradaban.
“R20 memperkuat G20, pertemuan tahunan negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia, untuk memastikan bahwa pada abad ke-21 ini agama dapat berfungsi sebagai sumber solusi atas berbagai problem global, alih-alih menjadi sumber masalah,” jelas Gus Yahya.
Untuk memenuhi visi tersebut, R20 akan mengundang para pemimpin agama dan politik dari negara-negara anggota G20 maupun negara non-anggota G20. Mereka akan berkumpul untuk berdiskusi dan menyatukan visi.
“Tujuan utamanya adalah untuk mencegah penggunaan identitas sebagai senjata politik; menghentikan penyebaran kebencian komunal; mendorong solidaritas dan rasa hormat di tengah keberagaman masyarakat, budaya, serta bangsa di dunia; dan mendorong munculnya tatanan dunia yang benar-benar adil dan harmonis, yang didasarkan pada penghormatan terhadap persamaan hak dan martabat setiap manusia,” terangnya.
Reporter: Nuriel Shiami Indirapasha
Editor: Muhammad Faizin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.