Kali ini saya akan menceritakan pengalaman pribadi, untuk sekedar tahadduts binni’mah, menceritakan nikmat yang saya rasakan agar para pembaca ikut bersyukur dan mau mengucapkan alhamdulillah, segala puji itu milik Allah. Anda boleh percaya boleh tidak.
Belum lama ini suatu sore, handphone saya bergetar. Dari seberang sana terdengar seseorang melaporkan, bahwa dirinya sudah berdiri di depan pintu gerbang rumah saya yang terkunci. Ia minta izin untuk masuk. Setelah saya terima dan saya hormati sebagai tamu, seorang pria paruh baya itu seperti tergesa-gesa bercerita, bahwa anak gadisnya sakit tidak normal, kesurupan jin, sudah beberapa hari tidak mau sadar.
Rupanya pria itu menjemput saya, minta tolong agar saya mendoakan kesembuhan bagi puteri sulungnya itu. Meski agak malas, saya “terpaksa” mengabulkan permintaannya. Siapa tahu saya bisa memberinya manfaat dengan meringankan beban pikirannya.
Diperjalanan ia bercerita, bahwa sudah ada beberapa ustadz yang diundang dan sudah mencoba meruqyah putrinya, tapi jin itu katanya membandel, tidak mau pergi atau sudah keluar tapi kembali lagi.
Ternyata rumahnya berjarak agak jauh, beberapa kilometer, dari rumah saya. Setiba di rumahnya yang megah itu, saya lihat “pasien” itu terbaring lemah dikelilingi beberapa anggota keluarganya. Ibunya menangis sedih, mengkhawatirkan nasib anak gadisnya. Saya pun langsung minta izin dan dipersilakan untuk mendoakannya. Setelah itu, yang terjadi hanyalah dialog antara saya dengan jin yang mengaku bernama Bram, seperti berikut ini:
Saya mulai menyapa: “Assalamu’alaikum! Siapa namamu?” [Jin dalam tubuh anak gadis itu tidak mau menjawab salam, tetapi mau menyebut namanya].
Jin: “Bram!”
Saya: “Apa agamamu?”
Jin: “Saya tidak beragama”.
Saya: “Mengapa Bram mengganggu orang ini?”
Jin: “Saya hanya melaksanakan perintah”. [Saya tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang telah menyuruhnya, karena jawabannya pasti kalimat berisi informasi yang belum tentu kebenarannya. Jin itu seperti manusia, kadangkala juga berdusta].
Saya: “Saya minta Bram jangan menaati perintah untuk mengganggu orang. Itu tidak baik”.
Jin: “Ya! Tapi saya dipaksa, diancam akan disiksa kalau tidak patuh”.
Saya: “Jangan takut! Minta perlindungan kepada Allah!”
Jin: “Siapa Allah?”
Saya: “Allah adalah Tuhan yang kita sembah, pencipta kita semua, pencipta alam semesta. Allah itu Maha Kuat dan Maha Melindungi. Kalau Bram belum beragama, maukah saya tawarkan, tidak saya paksakan, kepadamu agar menganut agama Islam?”
Jin: “Saya mau masuk Islam tetapi tidak tahu caranya”.
Saya: “Caranya sangat mudah. Cukup membaca dua kalimat syahadat. Isinya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah. Bram dengarkan dengan baik, akan saya ulang tiga kali bacaan dua kalimat syahadat dalam Bahasa Arab. Asyhadu alla ilaha illa-llah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah”. [Bram menyimak dengan baik].
Saya: “Bram mau masuk Islam?”
Jin: “Ya, mau”.
Saya: “Silakan ucapkan dua kalimat syahadat dengan menirukan dan mengikuti bacaan saya.” [Bram pun menirukan dengan patuh].
Jin: “Setelah saya masuk Islam apa yang harus saya lakukan?”
Saya: “Pertama, Bram harus cari guru yang mampu mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam dengan benar. Gurumu itu bisa dari jenis bangsamu sendiri atau dari bangsa manusia yang terkenal berilmu mendalam dan berperilaku baik. Kedua, Bram wajib berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat”.
Jin: “Baiklah! Saya akan belajar ilmu agama dan sejak sekarang saya berjanji akan berbuat baik”.
Saya: “Ya, salah satu perbuatan baik dalam Islam adalah mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun tidak, yakni mengucapkan assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”. [Saya pun mengajarkan kepada Bram ucapan salam tersebut, memintanya untuk menirukan beberapa kali dan ia dalam waktu singkat sudah mampu menghapalnya].
Saya: “Bram! Saya minta jika berjanji harus ditepati. Bram sudah janji sejak sekarang akan berbuat baik. Selain mengucapkan salam tadi, Bram saya minta keluar segera dari badan orang ini! Apakah Bram mau keluar?”
Jin: “Ya, saya mau keluar!”
Saya: “Baiklah, ucapkan salam yang tadi saya ajarkan sebelum Bram pergi”.
[Terdengar Bram mengucapkan salam, mengerang sesaat dan perempuan yang kesurupan jin bernama Bram itu tersadar seketika].
Saya: “Alhamdulillah.”
Saya menjelaskan, bahwa saya bukan “dukun” dan bukan pula yang menyembuhkan anaknya. Jika kita sakit maka Allah saja lah yang menyembuhkan. Keluarga itu terlihat bergembira dan bersyukur atas kesembuhan anak gadisnya–bi idznillah–dan kepada mereka semua saya ajarkan doa-doa perlindungan dan saya sarankan agar banyak berzikir, mengingat Allah sebanyak-banyaknya.
Saya ucapkan alhamdulillah, segala puji bagi Allah, dan saya bersyukur–bi idznillah–sudah banyak jin memeluk Islam karena sikap baik saya kepada mereka.
KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU masa khidmah 2010-2015 dan 2015-2021.