Jombang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur, KH Nurul Huda Djazuli mengatakan dirinya sangat bangga menjadi santri Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari lewat jalur mengabdi ke Nahdlatul Ulama (NU). Hal tersebut sesuai dengan pesan dari KH Hasyim Asy’ari yang berbunyi, “Siapa yang mau mengurusi NU, aku anggap sebagai santriku. Siapa yang menjadi santriku, aku doakan husunul khatimah beserta anak cucunya.”
Kecintaan KH Nurul Huda kepada KH Hasyim Asy’ari diwariskan dari sang ayah, KH Djazuli Utsman. Kiai Djazuli dulu sempat belajar langsung ke Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng.
“Saya merasa terhormat bisa menjadi santri Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Warga yang ada di NU harus menyadari dirinya adalah khadim Kiai Hasyim Asy’ari,” jelasnya saat tasyakuran 1 Abad NU di Pondok Pesantren Tebuireng, Kamis (16/2/2023) malam lalu.
Cara menjadi santri KH Hasyim Asy’ari
Kiai Nurul Huda Djazuli menambahkan, setelah Kiai Hasyim Asy’ari wafat pada 25 Juli 1947, jalur menjadi santri Hadratussyekh bisa dilalui dengan cara merawat serta meneruskan ajarannya di bidang keilmuan dan mengabdi di NU.
Dalam bidang keilmuan bisa dilakukan dengan mengambil nasab keilmuan dari guru yang memiliki sanad keilmuan yang menyambung ke KH Hasyim Asy’ari langsung. KH Hasyim Asy’ari memiliki cukup banyak santri di Indonesia yang ‘alim.
“Ayah saya, KH Djazuli Utsman mengaji langsung kepada KH Hasyim Asy’ari. Saya sebagai anaknya pun terketuk hatinya dan merasa ingin juga termasuk santri Kiai Hasyim,” imbuhnya.
Sementara dari jalur mengabdi ke NU bisa dilakukan dengan cara menjadi pengurus NU secara ikhlas dan tulus. Bukti nyata ikhlas yaitu tidak peduli jabatannya apa, tapi yang terpenting adalah meneruskan perjuangan Kiai Hasyim Asy’ari lewat urip urip kegiatan NU.
“Maka daripada itu, yakinilah kita semua dalam menakhodai NU haruslah berniat dengan baik,” tegas Kiai Huda.
Dikatakannya, Kiai Djazuli Utsman banyak meniru KH Hasyim Asy’ari dalam mengajar, metode mengelola santri, kurikulum pesantren dan lain sebagainya. Kiai Djazuli Utsman termasuk santri yang sering diajak musyawarah oleh Kiai Hasyim Asy’ari.
Bahkan di kitab-kitab yang dikaji oleh Kiai Djazuli Utsman di hadapan KH Hasyim Asy’ari dituliskan keterangan bahwa kitab tersebut sudah pernah dikaji di hadapan KH Hasyim Asy’ari.
“Saya mendapati di kitab-kitab ayah saya itu tertulis ‘saya mengaji kitab ini di hadapan KH Hasyim Asy’ari,” ungkapnya.
Sebagai sesama santri Kiai Hasyim Asy’ari, KH Nurul Huda meminta Nahdliyin yang menjadi pengurus organisasi atau tidak untuk tetap kompak menjaga NU dengan sudut pandang bahwa organisasi ini warisan KH Hasyim Asy’ari.
Ia meminta kiai-kiai pesantren harus kompak menjaga NU, karena kekuatan NU adanya di pondok-pondok pesantren. Seumpama tidak ada pesantren, kata Kiai Nurul Huda Djzauli, mungkin NU tidak sampai sebesar ini.
“Saya meminta pengurus dan kader-kader NU harus kompak, jangan sampai orang-orang NU berebut kekuasaan. Umat semua bersatu, jangan sampai berjalan sendiri. Jangan sampai kiai-kiai NU terpecah,” tandas Kiai Nurul Huda Djazuli.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Fathoni Ahmad
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.