Yogyakarta, NU Online
Kemampuan beradaptasi dan memasang target, menjadi keahlian yang tak kalah penting bagi lulusan perguruan tinggi untuk meraih kesuksesan.
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo mengatakan hal itu dalam Webinar Sevima di Hari Sarjana Indonesia, Kamis (29/9/2022).
Widya menyebut, gelar sarjana pastinya menjadi pengalaman baru bagi anak muda dalam menghadapi kerasnya dunia kerja atau bermasyarakat, setelah belasan tahun di lingkungan sekolah. Kemampuan cepat beradaptasi bisa dipelajari sejak kuliah.
“Bagi mahasiswa yang berkuliah di era pandemi, sudah pernah merasakan kuliah berubah drastis secara online selama dua tahun, sebelum akhirnya menjadi offline lagi akhir-akhir ini. Mahasiswa juga sudah pernah merasakan merantau ke luar kota bahkan luar pulau, dan semasa kuliah mengenal teman baru baik di kampus, organisasi internal, maupun organisasi eksternal,” beber Widya menyebutkan contoh adaptasi yang dilakukan mahasiswa.
Setelah mengenal lingkungan lebih luas, sarjana maupun calon sarjana diharapkan dapat menentukan target yang jelas. Misalnya ingin menjadi pengusaha, usia 22 sebagai sarjana muda apa yang perlu dilakukan. Lalu bagaimana target skala usahanya, jumlah pegawai, hingga omset pada 10 tahun ke depan.
“Dengan adanya target, maka adaptasi bisa dilakukan secara terarah,” ujarnya.
Pria yang juga Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara itu menegaskan semasa masih sebagai mahasiswa dan belum sarjana, tidak cukup hanya belajar di kelas.
“Belajar bisa di mana pun. Kita bisa belajar di masyarakat, pesantren, industri, organisasi. Semakin banyak ruang belajar yang kita manfaatkan semakin baik,” ujarnya.
Dengan demikian skill dan kapasitas akademik penting dikuasai mahasiswa, tetapi juga perlu dilengkapi dengan skill yang lain seperti kepemimpinan, kewirausahaan, sosialisasi, berorganisasi, dan lain-lain.
“Inilah yang nanti sebagai sarjana, akan membantu untuk beradaptasi dan sukses,” pungkas Widya.
Sebelumnya mahasiswa baru pada jenjang doktoral di Paris School of Business Prancis itu membeberkan berdasarkan Data World Economic Forum menunjukkan bahwa di tahun 2025, akan ada 85 juta lapangan kerja yang terdisrupsi dan berpotensi digantikan oleh mesin.
“Perusahaan teknologi besar juga sudah banyak yang saat ini tidak mensyaratkan ijazah sebagai syarat seleksi karyawan,” ungkapnya.
Masyarakat saat ini tengah menghadapi disrupsi empat lapis, yakni disrupsi revolusi dan bisnis, disrupsi pandemi, disrupsi anak muda, dan disrupsi perubahan alam.
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.