Bekasi, NU Online
Harga sapi kurban di tengah merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) terus melonjak. Meskipun demikian, penjual ternak di Kampung Bulu Desa Setiamekar, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengaku tidak mampu lagi memenuhi pesanan pelanggan.
“Biasa kita menjual sapi kurban dengan harga rendah Rp17 juta sekarang naik menjadi Rp21 juta – Rp32 juta. Kenaikan ini sebab ongkos karantina wilayah sepanjang perjalanan ke Lombok, Mataram, Banyuwangi, dan Priuk lewat laut dan darat cukup mahal,” ujar Khoirul (45) saat ditemui NU Online di lapak penjualannya Jumat (8/7/2022) siang.
Karena kebijakan tersebut, Khoirul yang sudah sekitar tujuh tahun berprofesi sebagai penjual sapi ini pun mengaku tidak mampu memenuhi pesanan pelanggan tetapnya seperti tahun sebelumnya.
“Alhamdulillah, meski ada penyakit mulut dan kuku tapi tidak sepi pembeli. Dari 105 ekor yang kami bawa dari NTB laku semua bahkan kami tidak mampu lagi menampung permintaan para pembeli karena pembatasan pasokan hewan ternak dari luar daerah dan prosedur pemeriksaan kesehatan hewan ternak cukup ketat,” terang pria asal Bima, Nusa Tenggara Barat.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro menyatakan harga hewan kurban saat ini sudah naik sekitar 10 persen dibanding tahun lalu. Kenaikan harga hewan kurban tersebut tak lepas dari wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menghambat ketersediaan stok.
“Gambaranya kalau tahun lalu sekitar Rp62.000-Rp63.000 per kilogram rata-rata, sekarang sudah di angka Rp72.000 per kilonya,” ujar Nanang dilansir Tempo.
Ia menjelaskan ukuran sapi yang diminati untuk kurban memiliki bobot rata-rata 300 kilogram. Dengan begitu harga sapi kurban tahun ini berkisar Rp21,6 juta per ekor atau melampaui tahun lalu sekitar Rp18,6 juta per ekornya.
Adapun Jawa Timur yang menjadi pemasok sapi hidup untuk hewan kurban paling terdampak wabah PMK dan pasokan di sana menjadi terganggu. Saat ini sapi yang diterima untuk dijual adalah hanya dari daerah bebas PMK, yakni Bima, Nusa Tenggara Barat dan Bali yang ukurannya terbilang kecil.
Meskipun Jawa Timur menjadi pemasok sapi terbesar di Indonesia, katanya, tapi ketika terjadi wabah PMK, tak ada pasokan dari Jawa Timur sehingga pasokan sangat terbatas dan menyebabkan harga naik.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Fathoni Ahmad
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.