Banyumas, NU Online
Kepala Badan (Kaban) Litbang Diklat Kemenag RI, Prof Amien Suyitno, mengatakan jika berbicara tentang Kurikulum Aswaja pada perguruan tinggi yang bercorak Nahdlatul Ulama sudah melaksanakannya sesuai ijtihad masing-masing.
Sebab, PTNU memiliki karakteristik berpikir NU yang membangun moderasi beragama harus mengacu kepada karakteristik tersebut. “Salah satunya sikap tawassuth. Berpikir moderat ini menjadi core bisnisnya NU,” kata Prof Suyitno saat kegiatan Diseminasi Kurikulum Keaswajaan dan Moderasi Beragama pada PTKI, Selasa (20/2/2023) sore.
Oleh karena itu, dalam Pra-Rakernas Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU)yang berlangsung di Java Heritage Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, ini Kaban Suyitno mengajak para akademisi untuk terus mengenalkan Kurikulum Aswaja di perguruan tinggi atau kampus milik NU.
Nilai Aswaja yang dikedepankan NU berikutnya adalah tasamuh atau toleransi. Sikap ini ditandai antara lain menganggap orang lain bukan sebagai ancaman. “Jangan sampai hubungan sisi kemanusiaan kita terganggu oleh perbedaan keyakinan,” ujarnya.
Kemudian, ciri berikutnya adalah Fikrah Aswaja NU adalah fikrah islahiah atau transformatif. Menurut dia, hal ini ditandai dengan banyaknya gagasan yang muncul dari kalangan NU.
Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini menyebut bahwa NU juga bersifat dinamis. Ia menyatakan bahwa nilai-nilai fikrah NU lebih menjadi injeksi dalam membangun Kurikulum Aswaja.
Sebelumnya, pria asal Tulungagung, Jawa Timur, ini mengatakan sepakat LPTNU saat ini telah melakukan gerakan yang sangat cepat. “LPTNU sudah dapat belanja solusi dan satu per satu semakin baik,” ujarnya dalam kegiatan yang diikuti pimpinan PTNU dari Jawa, Bali, NTB tersebut.
Perlunya toleransi
Bupati Banyumas Ahmad Husein yang diwakili Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Agus Nur Hadi mengatakan sangat mendukung penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Menurut dia, untuk menghindari timbulnya perpecahan dan konflik diperlukan peran dan sikap toleransi agar semua penganut aliran dapat menghargai perbedaan. “Menghormati tradisi lokal dan meminimalisir ekslusivisme dan perasaan paling benar,” kata Agus.
Dikatakan, paham Islam yang moderat sangat diperlukan dalam menjaga ajaran toleransi dan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat.
Moderasi beragama memerlukan sikap saling menghormati terhadap paham yang berbeda. Moderasi beragama dapat dibangun dengan penguatan silaturahim melalui pendidikan Aswaja yang mengedankan sikap tawasuth.
Agus berharap kegiatan tersebut dapat berjalan lancar dan sukses, serta bermanfaat bagi PTNU, menghasilkan referensi yang penting di masa depan, sehingga bermanfaat bagi kemasalahan umat pada umumnya.
Penyelenggaraan kegiatan terasa istimewa karena dilaksanakan di Kota Purwokerto yang dikenal dengan makanan khas mendoan. Menurut Agus selain mendoan, sebenarnya Purwokerto dan Banyumas secara umum memiliki oleh-oleh dan makanan khas lainnya seperti durian Bawor, getuk goreng Patikraja, sroto Sokaraja.
Masyarakat pada umumnya lebih mengenal Purwokerto bukan Kabupaten Banyumas. Hal itu karena penyebutan masyarakat di luar Kabupaten Banyumas yang lebih terbiasa menyebut Purwokerto.
“Unsoed Purwokerto padahal di Kabupaten Banyumas, UNU Purwokerto juga di Kabupaten Banyumas,” selorohnya.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.