Ekspresi kecintaan warga pada Jamiyah NU nampak dari berbagai macam dan jenis kegiatan. Di antaranya berupa perayaan seperti apel kader, pengajian umum, acara haul, tahlil umum, ziarah, istighotsah sampai pada olahraga dan seni serta halaqah dan bahtsul masail. Ada pula yang berupa membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan secara permanen seperti pesantren, sekolah, madrasah, dan fasilitas kesehatan.
Semua itu merupakan bentuk hubb atau cinta kepada para ulama, para pendiri dan pengurus NU terdahulu khususnya jajaran mustasyar dan syuriyah. Mereka semua merupakan para pemimpin NU yang terdiri dari ulama dan tenaga ahli. Substansi dari berbagai ekspresi kecintaan warga pada Jamiyah NU tersebut tidak lepas dari ruh mencari ilmu dan upaya mengamalkannya.
Seperti tercermin dalam pesan KH Ali Ma’shum bahwa warga NU harus mempelajari ilmunya para ulama, meyakini ilmunya ulama NU adalah benar bersumber dari Allah SWT dan Rasul-Nya Saw, mengamalkannya, memperjuangkannya, dan bersikap sabar berada pada Jamiyyah NU. Di samping itu juga ada pesan yang sejak lama disampaikan oleh Hadratus Syekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, siapa saja yang mengurusi NU, beliau anggap sebagai santrinya. Dan siapa saja yang telah diakui sebagai santrinya maka mereka dido’akan kalau meninggal akan husnul khatimah dan anak cucunya akan menjadi anak yang shalih dan Shalihah.
Siapa yang tidak ingin mencapai kebahagiaan dan kebaikan yang luar biasa tersebut? Semua warga NU pasti menghendakinya. Karena itu mengurus NU tidaklah mudah. Ada juga nasehat dari para kiai, yang sudah mu’tabar. ‘Jangan sekali-kali meminta amanat, namun jika diamanati suatu urusan maka harus dikerjakan dengan baik dan suka cita’. Karena itu menjadi pengurus merupakan amanat. Adapun menjadi warga NU merupakan bagian dari anugerah Allah SWT yang tidak kecil nilainya. Sebab ada pula nasehat, ‘jika engkau belum mengenal atau dekat kepada Allah SWT, maka mendekatlah kepada orang yang telah dekat kepada Alloh SWT’. Nah, siapa lagi yang dekat kepada Allah SWT, kecuali hanya para alim ulama.
Para ulama, selain mereka diberikan ilmu, juga diberikan kemampuan untuk mengamalkannya sebagai keutamaan dari Allah SWT. Beliau semua inilah yang di antara makhluk-makhluk Allah SWT yang paling takut atau bertaqwa kepada-Nya. Salah satu bentuk ketaqwaan itu adalah kasih sayang beliau semua kepada para jamaahnya. Bukti bahwa ulama memiliki kasih sayang kepada para jamaah adalah menjelaskan ilmunya dengan bahasa yang sederhana, yang mudah dicerna orang awam. Para kiai semua tidak hanya menulis kitab dalam bahasa Arab untuk santrinya yang sudah menguasai bahasa Arab dengan baik, namun juga memberikan nasehat dalam bahasa jamaahnya, seperti menulis kitab dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa, dan bahasa daerah lainnya.
Karena itu tidak heran jika para jamaah juga sangat menghormati ulama-nya. Bentuk terkecil menghormati ulama adalah cium tangan, sedangkan bentuk cinta yang besar kepada para ulama adalah berkhidmah. Berkhidmah ini adalah anugerah yang sangat agung, mempelajari ilmunya dan mengamalkannya sesuai kemampuan yang ada pada setiap jamaah.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah, taufiq, dan inayah-Nya kepada kita bersama, hingga kita dapat mencintai ulama, belajar kepadanya, dan berjuang sehidup semati bersama ulama. Cinta kepada ulama, Insyaallah juga cinta kepada Nabi Agung Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya yang setia. Wallahu a’lam bis shawab
HM Muzamil, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah
https://jateng.nu.or.id/opini/ekspresi-cinta-ulama-di-nu-FvPoF