Semarang, NU Online Jateng
Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat Nahdlatul Ulama Jawa Tengah menyiapkan 3.700 kader pelopor gerakan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang benar. Mereka akan diterjunkan di 35 wilayah kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah.
Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah Hj Tazkiyyatul Muthmainnah mengatakan, sebelum diterjunkan untuk penugasan PMBA, para kader mengikuti pembekalan dan pelatihan yang diikuti utusan dari 37 Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU se-Jateng.
“Hari ini sahabat-sahabat dilatih PMBA, untuk selanjutnya diterjunkan ke 37 Cabang di 35 kabupaten/kota di Jateng yang akan menjangkau 3.700 kader, 60.000 ibu hamil (bumil) dan anak bawah dua tahun (baduta), serta 900.000 masyarakat umum,” ujarnya.
Iin panggilan akrab Tazkiyatul Mutmainnah mengatakan hal itu saat menyampaikan pengarahan dalam acara orientasi PMBA untuk kader Fatayat NU se Jateng di Hotel Metro Park View Semarang, Sabtu-Ahad (22-23/7).
Kepada NU Online Jateng, Senin (24/7/2023) disampaikan, dalam menyelenggarakan kegiatan pembekalan, Fatayat NU Jateng yang memiliki jaringan di 37 cabang (tersebar di 35 kabupaten/kota), 500 lebih Pimpinan Anak Cabang (Kecamatan), 6.530 Pimpinan Ranting (Desa) menjalin kerja sama dengan Unicef Indonesia dan Tanoto Foundation sebuah organisasi filantropi independen di bidang pendidikan.
Peserta kegiatan ini lanjutnya, akan melatih lagi kader di wilayah masing-masing, kemudian menjalankan tugas PMBA dan pendampingan kepada bumil dan anak baduta. Agenda ini merupakan bagian dari peran serta Fatayat NU Jateng dalam turut serta menanggulangi masalah stunting yang multidimensional
Ditambahkan, kader Fatayat terpanggil untuk tidak hanya fokus pada kegiatan-kegiatan ibadah, tetapi juga harus peka terhadap persoalan lainnya seperti kekerasan terhadap perempuan dan anak juga stunting.
Apalagi ujarnya, Islam mengajarkan agar tidak meninggalkan generasi yang lemah, baik itu lemah ilmu, ekonomi, dan fisik. Artinya kalau saat ini sampai ada generasi stunting, itu berarti masih ada yang tidak melaksanakan ajaran agama.
“Materi-materi seperti ini bisa diselipkan di pengajian-pengajian. Bulan lalu kita meluncurkan program Sambung Simbok Sambang Bocah (S3B) untuk merespons isu stunting dengan cara menyambung, mengunjungi ibu hamil, kita ingatkan untuk konsumsi Tablet Tambah Darah, mengikuti kelas ibu hamil, dan mengunjungi bayi di bawah dua tahun melalui edukasi PMBA bergizi, rutin posyandu, CTPS, dan sanitasi yang sehat,” terangnya.
Perwakilan Unicef Indonesia Karina Widowati menjelaskan, stunting di Jateng masih cukup tinggi. Upaya untuk mengatasinya bisa dimulai dari Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang benar. Kalau PMBAnya benar, sebetulnya tidak akan stunting.
Menurutnya, jika gizinya seimbang sesuai kuantitasnya sebetulnya cukup, tetapi yang terjadi di masyarakat yang penting anak makan, kenyang dan isi piringnya mengikuti kemauan anak, perilaku seperti ini harus diubah.
“Diharapkan dengan PMBA benar, maka anak tumbuh dengan sehat, bisa menjadi generasi emas, kuat berdaya di skala global,” pungkasnya.
Pengirim: Titik