Depok, NU Online Jabar
Dalam rangka memeriahkan Hari Santri Nasional (HSN) yang akan digelar pada 22 Oktober 2022, Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Depok mengadakan Musyawarah Gabungan Antar Pesantren (Musygap) se-Kota Depok yang bertempat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Juraganan, Bedahan, Kota Depok pada Rabu (28/09).
Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM PCNU) Kota Depok Ustadz Hasan Anwari menyampaikan bahwa melalui kegiatan Musyawarah Gabungan Antar Pesantren (Musygap) ini, bermaksud untuk memberikan pembelajaran bagi santri-santri dari beberapa Pondok Pesantren yang ada di lingkungan Kota Depok.
“Melalui bahtsul masail ini, LBM ingin mengedukasi para santri, bahwa mereka adalah tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi ulama di masanya dan haruslah memiliki skill kecakapan dalam menguasai kitab turots ulama nusantara,” tutur ketua LBMNU Kota Depok.
Ia menjelaskan, kegiatan ini juga tujuan menyambung silaturahmi antar santri dan asatizd, untuk meningkatkan intelektual dan keberanian para santri dalam Musygap.
“Semoga istiqomah, menghidupkan tradisi bathsul masail di Kota Depok. Santri-santri dapat aktif mengikuti agenda LBM PCNU Kota Depok, tentu banyak manfaatnya, musyawarah sebentar lebih baik dari pada murojaah sendiri, untuk menajamkan analisa berfikir,” Pungkas Pengajar Pondok Pesantren HMJ.
Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Juraganan Depok Abuya KH Agus Salim menyatakan syukur dan berterima kasih atas partisipasinya para santri hadir pada kegiatan Musygap.
“Sebagai abdi dalam dari pada Ma’had Hidayatul Mubtadi-ien Juraganan (HMJ) Terima kasih telah bersedia hadir. Hal ini akan menjadi suatu acuan dalam belajar, bukan kita mau unggul unggulan, ini juga untuk saling mengisi, menjadi maslahat untuk orang banyak dari pasal yang dibahas, bahwa santri akan menjadi ulamanya Pesantren, tentunya mencari ridho guru-guru kita untuk mendapat keberkahan ilmu yang manfaat,” ujar alumni santri Lirboyo
Tambahnya, bahwa hal ini juga kesempatan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dengan bertafaquh fiddinnya santri.
Ada pun kitab فتح القريب menjadi kitab kitab pokok pembahasan, yakni pada Pasal والاغتسالات المسنونة سبعةَ عشرَ غسلا dengan beberapa As’ilah (pertanyaan-pertanyaan) yang sudah dirumuskan oleh panitia LBM PCNU Kota Depok. Yakni :
- Bagaimana cara mengetahui tahaquq ihtilam atau inzalul mani (mengeluarkan air mani) bagi majnun dan mughma alaihi?
- Bagaimana hukumnya mandi sunah jumat jika dilakukan setelah selesai melaksanakan sholat jumat?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, kesimpulan dari Musygap LBMNU Kota Depok sebagai berikut :
1. Pada dasarnya orang Majnun atau Mughma ‘alaih (epilepsi) ketika mereka sembuh disunnahkan mandi karena ada Madhinnah (praduga kuat) Inzalul Mani “mengeluarkan mani”. Ini berdasarkan statement Imam Syafi’i :
قَلَّ مَنْ جُنَّ إلَّا وَأَنْزَلَ
“sedikit sekali orang yang Junun (hilang akalnya) tidak mengeluarkan mani,”. Akan tetapi jika Inzalnya Tahaqquq maka hukumnya menjadi Wajib.
Cara untuk mengetahui Tahaqquq atau tidaknya adalah dengan melihat apakah ditemukan bekas air mani atau tidak. Karena air mani adalah benda yang tampak, maka tanda-tanda keluarnya adalah keberadaannya.
Catatan : Ada Qaul (pendapat) dari Syeikh Abu Hamid, Syeikh Ibnu Shobbagh dan sebagian Ashab Syafi’i bahwa orang yang memiliki kebiasan mengeluarkan air mani ketika Junun/Mughma ‘alaih, hukumnya wajib mandi meski tidak Tahaqquq mengeluarkan Mani. Karena menurut mereka kebiasaan itu Bimanzilati Gholabatudzon (menduduki praduga kuat) dan itu sudah bisa dijadikan dasar kewajiban mandi.
Kegiataan Musygap dipandu oleh Moderator Ustadz Mugni, selaku Mushohih Ustadz Hanifudin, Ustadz Faqihudin, sedangkan Perumus Oleh Ustadz Hasan Anwari, Ustadz Misbah juga dampingi oleh KH. Agus Salim (pengasuh pondok HMJ), Ustadz Hasan Syadzili ( ketua pondok HMJ), Ustadz Syahroni (MC), dihadiri oleh beberapa santri perwakilan Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok, santri Pesantren Hidayat Depok, santri Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Juraganan (HMJ), santri Pesantren Arrahmaniyah, santri Pesantren Darussunnah.
Selain itu, acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dilanjutkan dengan Lagu Indonesia dan Mars Yalal wathon dan diakhiri dengan doa penutup Majelis.
Pewarta : Abdul Mun’im Hasan
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi