Malang, NU Online Jatim
Gubernur Narathiwat Thailand, Sanan Phongakson bersama jajarannya ke dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten serta mengunjungi Universitas Islam Malang (Unisma) dalam rangka menjalin kerja sama serta melihat kampus dimana ada mahasiswa Thailand di sana. Di Unisma ada 14 mahasiswa Thailand dan seorang mahasiswa dari Provinsi Narathiwat.
“Ini masih menginisiasi, nanti kami akan Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah daerah. Tadi kan Gubernur membawa kepala dinas pendidikan. Selama ini, kerja sama kami dengan perguruan tinggi,” ujar Plh Rektor Unisma, Prof Junaidi Mistar PhD, Senin (24/07/2023)
Menurutnya, dengan adanya MoU, maka pemuda lulusan Sekolah Menengah Akhir (SMA) di Thailand bisa meneruskan pendidikan tinggi di Unisma. 14 mahasiswa Thailand yang kuliah di Unisma ini berdasarkan beasiswa.
“Kalau kuota kita adalah 46 orang. Jadi per Prodi dua orang. Tapi kalau ingin kuliah mandiri di Unisma ya bebas sebanyak-banyaknya,” terangnya.
Lebih lanjut, untuk kriteria mendapatkan beasiswa adalah lulusan SMA. Jika ingin kuliah Fakultas Teknik, maka harus dari jurusan IPA. Sedangkan untuk kriteria bisa berbahasa Indonesia, ia menjawab tidak ada.
“Kebetulan yang kuliah di Unisma itu dari Thailand selatan. Mereka cenderung berbahasa melayu yang mirip dengan bahasa Indonesia,” jelasnya.
Di PTS ini ada 500 mahasiswa Internasional, sebagai perguruan tinggi yang akan mendeklarasikan menjadi perguruan tinggi berskala dunia, Unisma membutuhkan kerja sama Internasional.
Gubernur Narathiwat Thailand menyatakan tujuan kunjungannya untuk melihat lokasi pendidikan di Indonesia dimana mahasiswa Thailand menjalankan pendidikannya. Selain ke Kota Malang, juga ke Probolinggo. Sehabis dari Unisma, rombongan bertemu dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang.
Sementara salah satu mahasiswa Thailand yang kuliah di Unisma, Waraphon Bunmak menjelaskan saat ini sedang duduk di semester 9 Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
“Sekarang ini sedang proses untuk ke wisuda,” jawabnya.
Selama empat tahun kuliah, ia mengaku ada kesulitan baik di bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. “Tapi selama pandemi Covid-19 kan daring, saya merasa menjadi lebih baik,” paparnya.