Tulungagung, NU Online Jatim
Politik identitas menjadi bahan pasangan calon presiden sebagai salah satu taktik membranding diri. Putri Sulung Presiden Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid, Inayah Wahid mengungkapkan Gus Dur membangun nalar komunitas, bukan politik identitas.
Ia menjelaskan Gus Dur dengan kearifannya selalu kembali pada akarnya. Gus Dur menganalisa setiap pesta demokrasi yang digunakan adalah sentimen identitas, primordial dan sektarian. Bahkan saat bicara kebangsaan, tetap yang dijual adalah sentimen primordial dan identitas.
“Bagaimana ketika kita bicara demokrasi menghargai identitas yang lain. Bahwa identitas saya bukan satu-satunya yang dibangun oleh Gus Dur adalah sense (nalar) komunitas bukan identitas,” kata Inayah Wahid dalam #HarlahGusDur Goes To Campus Gus Dur Memorial Lecture di UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung, Rabu (06/09/2023).
Alumnus Universitas Indonesia ini mengaku hari ini disuguhi identitas yang selalu dikedepankan. Dirinya membeberkan identitas kelompok-kelompok saling bermunculan mulai yang yang radikal dan fundamental. Inayah mengakui bagi yang radikal berlawanan dengan Pancasila dan ingin mengganti falsafah Indonesia.
“Tapi jangan salah, ada kelompok-kelompok yang kemudian mendengungkan NKRI harga mati tapi dibaliknya hanya untuk menyembunyikan oligarki. Itu juga jelas berlawanan dengan Pancasila,” terangnya.
Inayah menilai hari ini semua mencerminkan identitas dengan beberapa pilihan. Kalau tidak ke arab-araban, ke barat-baratan atau berusaha menggapai dengan cara semuanya. Gimik-gimik identitas tersebut menarik dan semakin dikuatkan sebagai kiblat, seakan-akan Indonesia tidak punya sendiri.
“Indonesia sebenarnya sudah punya bentuk demokrasi sendiri. Ketika demokrasi barat memaksa untuk dihormati dan untuk dihargai identitas, maka menarik apa yang dibangun oleh Gus Dur dan yang dimiliki Indonesia,” pungkasnya.
https://jatim.nu.or.id/matraman/gus-dur-bangun-nalar-komunitas-bukan-politik-identitas-b6oNd