Semarang, NU Online Jateng
Habib Husein Ja’far Al Hadar, pendakwah muda yang dikenal dengan pendekatan milenialnya, merespons perbincangan hangat di media sosial mengenai makna tanah suci dan tanah air.
Perdebatan ini muncul tatkala laga pertandingan sepak bola antara Tim Nasional Indonesia melawan Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Selasa (19/11/2024).
Dalam pandangannya diunggah di Tik Tok @huseinjafar yang dikutip oleh NU Online Jateng, dirinya menjelaskan mencintai tanah suci dan tanah air bukanlah pilihan yang saling bertentangan, melainkan kewajiban yang harus dijalankan secara beriringan.
Menurut Habib Ja’far, tidak semua wilayah Arab Saudi itu dikatakan tanah suci.
“Tanah Suci adalah wilayah yang secara khusus ditentukan batasnya oleh Nabi Muhammad saw, yang mencakup sebagian dari kota Mekah dan Madinah,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pemerintah Arab Saudi secara agama bukan pemilik, bahkan mereka menyebut dirinya itu Hadimul Haramain. Hanya berperan sebagai pelayan untuk menjaga Mekah dan Madinah, dua kota suci yang diamanahkan Allah swt kepada umat Islam.
Habib Ja’far juga menekankan bahwa ibadah haji, umroh dan lainnya memang dilaksanakan disana, namun ibadah kebangsaan kita juga bagaimana seorang muslim menjalankan nilai-nilai Islam di tanah airnya.
“Ibadah kita tidak hanya di Tanah Suci, tapi juga di Tanah Air. Mencintai Tanah Air adalah bagian dari iman, dan salah satu bentuk ekspresinya adalah mendukung perjuangan yang baik dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, seperti mendukung Timnas Garuda yang berjuang di lapangan,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa kecintaan terhadap Tanah Air adalah sunnah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
“Nabi Muhammad pun menangis saat diusir dari Mekah, karena kecintaannya kepada kampung halaman. Maka, mencintai Tanah Air adalah sikap yang terpuji dan bagian dari iman,” kata Habib Ja’far, mengutip Hubbul Wathan Minal Iman yang menyatakan bahwa mencintai Tanah Air merupakan bagian dari keimanan seorang muslim.
Respon ini mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan, terutama di media sosial. Banyak yang menyambut pandangan Habib Husein sebagai pendekatan yang moderat dan mengedepankan keseimbangan antara kewajiban spiritual sebagai muslim dan kecintaan terhadap tanah air.
Pandangan ini juga memberikan perspektif yang lebih inklusif, bahwa membela dan mendukung hal-hal baik di tanah air sama pentingnya dengan memuliakan tanah suci.
“Dua-duanya bukan pilihan yang harus dipisahkan, melainkan dua hal yang harus kita pegang erat seperti halnya Al-Qur’an dan Pancasila yang tidak saling bertentangan,” pungkas Habib Ja’far.