Pekalongan, NU Online Jateng
Ketua Forum Ulama Sufi Dunia Habib Muhammad Luthfi bin Hasyim bin Ali bin Yahya mengatakan, menjadi ketua para ulama sufi dunia yang disandangnya sejak ulama sufi berkumpul di Pekalongan beberapa tahun yang lalu bukan sebuah kebanggaan. Pasanya, dipundaknya ada tanggung jawab yang sangat besar.
“Saya ditunjuk sebagai Rois Aam dalam Sufi Internasional ataupun Rois Aam dalam negeri sendiri bukan suatu kebanggaan. Tapi amanat yang sangat besar di pundak kita semuanya,” ujarnya.
Hal itu dikatakan Habib Luhtfi pada acara penutupan Muktamar Sufi Internasional di Sahid Convention Center Pekalongan pada Kamis (31/8/2023).
Disampaikan, sebagaimana kita bercermin, kita yang kecil begini merasakan beratnya, bagaimana Baginda Nabi Muhammad Saw mendapat tugas mendapat perintah dari Allah Swt dalam mensyiarkan risalah sehingga melahirkan risalah rahmatan lil alamin, membangun keintelektualan umat, melahirkan ilmuwan, dan sebagainya.
“Sekarang sangat diperlukan sekali, apa sebenarnya tasawuf tersebut. Kemungkinan masih banyak memahami dalam dunia tasawuf kalau orang tasawuf itu pandainya duduk, pandainya memutar tasbih, kurang peduli, sehingga jarang orang yang mau masuk tasawuf karena orang kalau sudah masuk tasawuf takut kepada dunia,” tegasnya.
Menurutnya, pemahaman-pemahaman ini perlu diluruskan apa sebenarnya tasawuf. Tasawuf adalah pembersih. Tazkiyatil qulub, bagaimana hati kita selalu bersih. Kalau kita secara lahir, kita mandi ada airnya, tayamum ada debunya, mau cuci muka ada airnya.
“Kita setiap hari tidak lepas dari membersihkan fisik. Dari mulai mandi sampai wudlu sampai cuci muka. Tapi kapan kita akan membersihkan hati? Dengan apa cara membersihkan hati? Jelas peranan tarekat di sini sangat diperlukan sekali. Yang tidak terlepas dalam dunia tarekat ada tazkiyatil qulub, untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang luar biasa,” ucapnya.
Kalau yang penyakit di luar, kita jelas tahu lanjutnya. Andaikata kena kanker, ataupun kena penyakit yang lain. Tapi penyakit hati, siapa yang tahu, di antaranya takabur, dengki, hasut, tidak senang kalau melihat orang lain senang, tapi hatinya senang apabila melihat orang lain susah.
“Ada lagi mungkin oknum yang senang kalau melihat negara ini pecah belah, rakyat tidak akur, ramai dan gembira sekali. Ini penyakit-penyakit hati yang sangat mengerikan. Maka dari itu, apa yang bisa membersihkan adalah dunia tasawuf dengan melalui tazkiyatil qulub hingga kita mengganti sifat-sifat yang kurang baik dalam hati kita ini dengan kalimat La ilaaha Illallah Sayyiddina Muhammadur Rasulullah,” ungkapnya.
Dirjen Strategi Pertahanan Kemenhan RI Mayjen TNI Bambang Trisnohadi menyampaikan, pendekatan spiritualitas tasawuf adalah pendekatan yang mengedapankan unsur spritual berakar pada kelembutan hati, ketajaman rasa, ketenangan jiwa, keseimbangan logika, dan hubungan dengan tuhan.
“Gaya hidup eksploitatif dan destruktif hendaknya diimbangi dengan tasawuf agar lebih welas asih, lembut, dan peduli berbagi serta berbuat baik secara berkelanjutan,” ucapnya.
Dengan cara ini lanjutnya, diharapkan akan lahir tatanan kehidupan yang bermuaran pada keseimbangan aspek kemanusiaan, ekonomi, teknologi, ekologi, dan spiritualitas untuk membangun peradaban dunia yang lebih baik.
“Soliditas sinergitas jamaah dan jamiyah sufi yang bergerak berbasis komitmen dan kepatuhan kepada sang mursyid akan menjadi shoft solution dan smart action dalam memperbaiki keadaan dan menyelesaikan berbagai krisis yang melanda dunia,” pungkasnya.
Penulis: M Ngisom Al-Barony