Habib Musthafa bin Idrus Al-Khirid Jelaskan 3 Tanda Seseorang Mencintai Nabi

Sumenep, NU Online Jatim

Habib Musthafa bin Idrus Al-Khirid mengatakan, ada tiga tanda seseorang cinta pada Nabi Muhammad SAW. Yaitu memilih sabda nabi dari pada perkataan orang lain, tidak membuka aurat dan meneladani perilaku nabi.

Pernyataan ini disampaikan Habib Musthafa saat mengisi pengajian agama di acara maulid nabi dan Haul Bhuju’ Abd Akhir Arongan Desa Katawang Daleman, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Selasa (18/10/2022). Acara dipusatkan di area maqbarah setempat.

Habib Musthafa menyatakan, nabi mengimbau pada umatnya untuk menjaga lisan, terutama tidak berbohong dan ghibah. Setiap individu harus menahan perilaku tersebut. Karena ghibah dalam sebuah riwayat, hatinya terdapat sifat anjing yang menggonggong saat melihat orang lain di depannya.

“Barang siapa yang suka ghibah lalu bertaubat, kemudian mati saat itu, kelak masuk surga yang paling akhir. Jika tidak bertaubat, maka ia orang yang pertama kali masuk neraka. Oleh karenanya, pilihlah dawuh nabi daripada perkataan orang lain,” pintanya.

Penceramah asal Malang itu menegaskan bahwa Rasulullah melarang pada umatnya membuka aurat. Menurutnya, menjaga aurat berarti menjaga syariat. Sebagaimana dalam riwayat yang menceritakan, saat nabi melihat malaikat Jibril, Rasulullah merasa ketakutan.

Guna menghilangkan rasa takut tersebut, lanjutnya, nabi diminta duduk di sebelah Khadijah Al-Kubra. Di saat malaikat Jibril hendak menghampiri Rasulullah, malaikat pergi lantaran istrinya membuka sedikit kerudung yang menutupi kepalanya.

“Nabi pun kaget, karena beberapa kali malaikat pergi. Namun ketika istrinya menutup rapat kerudungnya, malaikat datang menghampiri nabi,” curahnya sembari mendeskripsikan kisah masa lampau itu.

“Ya Rasulullah, yang datang bukanlah sebangsa jin dan manusia, tetapi malaikat. Mengapa malaikat pergi? Karena malaikat tidak akan datang saat aurat perempuan terbuka sedikit. Namun kalau malaikat maut, tanpa kerudung pun, nyawa kita akan dicabut, ” imbuhnya.

Habib Musthafa mengimbau pada jamaah agar meneladani nabi dan dijadikan cermin dalam kehidupan manusia. Walaupun nabi menjadi seorang apapun tetap bagus. Baik saat menjadi seorang suami, mertua dan menantu.

Ketika nabi menjadi seorang suami, romantisme nabi dengan Asiyah terlihat sejak awal hingga akhir. Walaupun ada masalah, nabi memilih mengalah dan diam. Tak heran, Asiyah dipanggil dengan sebutan Humaira, yang artinya wanita putih kemerah-merahan pipinya.

Diceritakan, saat Rasulullah SAW pulang ke rumah di malam hari. Nabi mengucapkan salam dan mengetok pintu sampai 3 kali. Namun Aisyah tak kunjung membukakan pintu lantaran tak mendengar suara nabi.

“Saking lamanya tidak dibukakan pintu, nabi ketiduran di depan pintu. Paginya Aisyah kaget ketika melihat nabi di depan pintu. Seketika meminta maaf dan berkata bahwa dirinya juga menunggu nabi di belakang pintu hingga tertidur. Artinya, pintu hanyalah pemisahnya,” ungkapnya.

Dikatakan, nabi pernah marah pada Aisyah. Namun saat sang istri diminta maju ke depan, Aisyah maju pelan-pelan dengan gugup. Di saat di depan nabi, Aisyah langsung dipeluk dengan dekapan kasih sayang. Artinya, kemarahan bisa berubah drastis menjadi rasa sayang.

“Paling baiknya laki-laki tidak diukur dari harta, jabatan, gelar akademik, dan sejenisnya. Paling baiknya laki-laki adalah lelaki yang memuliakan wanita. Begitulah pandangan nabi,” ungkapnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Anwarut Taufiq Kota Malang itu menegaskan, mertua yang baik adalah tidak ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Disebutkan, sumber problem rumah tangga yang sering muncul dipermukaan adalah mertua dan ipar.

Ketika Fatimah Az-Zahra bertengkar dengan suaminya, Ali bin Abi Thalib memilih diam. Di saat Fatimah menyadari kesalahannya, ia pun meminta maaf pada suaminya. Namun Ali tak kunjung memaafkannya walaupun Fatimah berputar mendekap Ali.

“Akhirnya Ali pun memaafkannya dengan syarat tidak mengulangi lagi,” pinta Ali bin Abi Thalib pada istrinya.

Persoalan rumah tangga ini didengar oleh nabi, lalu berkata bahwa jika Ali tidak memaafkan kesalahannya, lalu pada saat yang sama Fatimah wafat. Maka Rasulullah tidak akan menshalati jenazahnya.

“Yang dibela bukan anaknya, tetapi menantunya. Bukan anaknya sendiri,” pungkasnya.


https://jatim.nu.or.id/madura/habib-musthafa-bin-idrus-al-khirid-jelaskan-3-tanda-seseorang-mencintai-nabi-HV0SM

Author: Zant