Hikmah Ziarah PWNU ke Maqbarah Masyayikh di Jawa Barat

Napak tilas ziarah ke maqbarah masyayikh NU yang digagas Ketua PWNU Jawa Barat, memiliki tujuan untuk mengeksplorasi energi tabarrukan (mengharapkan keberkahan), ikroman (memuliakan), ta’dhiman (pengagungan), dan khidmatan (pengabdian).

Ziarah ini memiliki makna  berinteraksi secara ruhani dengan para pemilik ruhul qudsiyyah (ruh yang suci) sekaligus sebagai cermin benggala yang memantulkan teladan dari jasa pengabdian dan kesalehan yang diziarahi. Kemudian diharapkan akan diteladani keshalehan dan keikhlasan mereka dalam berjuang oleh para penerusnya, khsusunya rombongan PWNU yang ikut berziarah.

Keluarga dan kerabat masyayikh NU yang diziarahi, nampak benar-benar merasakan kebahagiaan tersendiri saat menerima kedatangan rombongan PWNU. Tak henti-hentinya dari lisan mereka terdengar doa agar PWNU Jawa Barat semakin bertambah berkah dan dijauhkan dari segala kendala.
Napak tilas PWNU dengan berziarah ini, bukan lagi sebatas haflah, namun sebagai bentuk ikhtiar batin untuk menstabilkan “temperatur semangat” dalam memikul amanah jam’iyyah, agar tetap kokoh, bergerak serempak dalam satu barisan yang kompak.

Perjalanan napak tilas PWNU ini diharapkan terus membekas. Pengurus PWNU telah diisi Kembali ruh perjuangannya dan melebur dalam kesatuan niat, meneruskan perjuangan para masyayikh NU yang telah lebih dahulu membuktikan serta membuahkan khidmat untuk kebaikan umat.
Berikut beberapa catatan ringkas mengenai para ulama yang diziarahi rombongan PWNU zona bagian Barat (Bandung, Purwakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Sukabumi).

KH Habib Utsman
Ia dikenal sebagai tokoh NU dan menjalin persahabatan dengan ulama besar di masanya seperti KH Idham Chalid, H Subhan ZE, KH Anwar Musaddad, KH Saifuddin Zuhri, KH Burhan, KH Moch. Dachlan, dan H Mahbub Djunaidi. Ia pun menjalin hubungan dekat dengan sejumlah tokoh pesantren seperti KH. Abdullah Tubagus Falak Pagentongan, KH. Abdurrahman Banten, dan KH.Tubagus Bakri (Mama Sempur).

Menurut salah seorang putranya, KH Syarif Muhammad Alaydrus, sang ayah telah mengkhatamkan Alquran lebih dari enam ribu kali, sepanjang hidupnya. Dalam satu hari, khususnya di bulan Ramadan, Habib Utsman bisa mengkhatamkan dua kali. Jadi khusus di bulan puasa, ia dapat mengkhatamlan bacaan Alquran sebanyak enam puluh kali, selama sebulan penuh.

Syekh Baing Yusuf 
Ia adalah guru dari Syekh Nawawi Banten (w. 1897), Syekh Asy’ari Bakom Bogor (w. 1901), Rd. Haji Hasan Cianjur (Mursyid Tarekat Khalidiyah Naqsyabandiah) yang wafat di Singapura (w. 1848), dan Kiai Abdul Salam Hood. Syekh Baing merupakan salah satu pilar utama sanad keilmuan dan episentrum tradisi intelektual Islam tradisional di tatar Sunda pada zamannya.

KH Idham Chalid 
Suatu ketika Kiai Idham Chalid keluar dari area pemakaman, usai mentalkinkan salah seorang warga. Di tengah jalan, ada orang yang bertanya dengan nada menghina. 
“Pak Kiai ini melakukan pekerjaan bodoh, orang mati kok ditalqin?”.
Mendengar hal itu Pak Idham tersenyum. 
“Kalau cara berpikir anda seperti itu, maka ada yang lebih bodoh dari saya,” jawabnya.
 “Siapa?” orang itu bertanya lagi penasaran.
“Munkar dan Nakir. Sudah tahu orang mati, kok masih ditanya?” jawab Kiai Idham.
Orang itu langsung diam bercampur malu, lalu meminta maaf pada Kiai Idham.

KH A Hasyim Muzadi
Warga sekitar Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok, mengenal dan mengenang Kiai Hasyim sebagai sosok bijaksana dan dekat masyarakat. 
“Masyarakat sangat dekat dengan Kiai Hasyim,” kata Nein Sumantri, Ketua RT 6 Kelurahan Kukusan, Beji. “Orangnya tidak pernah marah, dan sangat bijaksana.” 

KH E Fachrudin Masturo
Kiai Fachrudin adalah ajengan yang lowprofile  dan sederhana. Ia mau bergaul dengan siapa saja. Dengan santri, kyai, tak ada jarak, mau berbaur dan membersamai masyarakat biasa. Dalam pengabdiannya di NU, ia berkhidmah dari bawah, sampai menempati posisi Wakil Rais ‘Am (1999-2004) dan memungkas khidmahnya sebagai Mustasyar PBNU.

Almaghfurlah dikenal juga sebagai bagian dari Kyai Khos atau Kyai Langitan, sekumpulan kiai dengan kharisma luar biasa yang menjadi rujukan pada masa genting peralihan rezim orde baru ke era reformasi. Keikhlasannya dalam melayani umat dan berkhidmah kepada NU, mewariskan teladan dan keagungan nilai perjuangan berlandaskan ilmu, amal dan kesalehan.

Dindin C. Nurdin, Wakil Sekretaris PWNU Jabar.

https://jabar.nu.or.id/ngalogat/hikmah-ziarah-pwnu-ke-maqbarah-masyayikh-di-jawa-barat-tRlug

Author: Zant