Hilal Dzulhijjah 1445 Sudah Tinggi, Alam Pengaruhi Potensi Teramati

Semarang, NU Online Jateng

Dosen Ilmu Falak Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Muhammad Ihtirozun Niam menyampaikan bahwa alam sangat memengaruhi potensi keterlihatan hilal. Sekalipun hilal sudah tinggi, alam yang melatari keberadaan hilal cukup berpengaruh terhadap proses rukyatul hilal.

“Bagian depan atau background tertutup mendung maka akan muncul tantangan. Potensi terlihatnya semakin kecil,” ujarnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Jumat (7/6/2024).

Sebab, jelasnya, hilal tidak berada di ruang hampa. Namun ada langit dengan segala macam bendanya yang menjadi latar bagi keberadaan hilal. “Ada background berupa langit tidak kalah memengaruhi kenampakan hilal,” lanjutnya.

Oleh karena itu, pihaknya masih menunggu sampai waktu hilal terbit setelah matahari terbenam di ufuk. Sebab, alam masih berubah secara dinamis.

“Jadi, kita tunggu saja sampai selesai bagaimana dinamika kondisi langit,” lanjutnya.

Niam menyampaikan bahwa ketinggian hilal dalam rukyat untuk bulan Dzulhijjah 1445 H ini cukup tinggi, yakni 8 derajat dengan elongasi 12 derajat. Hal ini sudah melampaui kriteria imkan rukyah (visibilitas) yang ditetapkan MABIMS, yakni tinggi 3 derajat dan elongasih 6,4 derajat. “Ini sudah jauh di atas itu,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Niam, ketinggian hilal juga sudah melampaui kriteria Qathiy Rukyah yang ditetapkan Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama, yakni elongasi 9,9 derajat.

“Artinya kondisi fisis hilalnya ini cukup besar kemungkinannya untuk diamati,” katanya.

Sebagaimana diketahui, seluruh perukyat NU tengah melakukan observasi pengamatan hilal di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai sarana untuk penetapan awal bulan Dzulhijjah 1445 H.


https://jateng.nu.or.id/nasional/hilal-dzulhijjah-1445-sudah-tinggi-alam-pengaruhi-potensi-teramati-iHajJ

Author: Zant