Hukum dan Tata Cara Shalat Gerhana Bulan

Pimpinan Wilayah (PW) Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur menyampaikan ikhbar yang perlu mendapat perhatian. Bahwa pada hari Selasa, 08 November 2022 yang bertepatan dengan 13 Rabi`ul Akhir 1444 H akan terjadi gerhana bulan total.

Anjuran Shalat 
Gerhana bulan dalam bahasa Arab disebut “khusuf”. Dan ketika terjadi fenomena gerhana bulan dianjurkan mengerjakan shalat sunah dua rakaat atau shalat sunah khusuf. Shalat sunah ini terbilang sunah muakkad. 

   و) القسم الثاني من النفل ذي السبب المتقدم وهو ما تسن فيه الجماعة صلاة (الكسوفين) أي صلاة كسوف الشمس وصلاة خسوف القمر وهي سنة مؤكدة

Artinya: Jenis kedua adalah shalat sunah karena suatu sebab terdahulu, yaitu shalat sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah yaitu shalat dua gerhana, shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan. Ini adalah shalat sunah yang sangat dianjurkan. (Lihat: Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, Bandung, Al-Maarif, tanpa keterangan tahun, halaman: 109). 

Ketentuan Shalat Gerhana
Secara umum pelaksanaan shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan diawali dengan shalat sunah dua rakaat dan setelah itu disusul dengan dua khutbah seperti shalat Idul Fitri atau shalat Idul Adha di masjid. Hanya saja bedanya, setiap rakaat shalat gerhana bulan dilakukan dua kali rukuk. 

Sedangkan dua khutbah setelah shalat gerhana matahari atau bulan tidak dianjurkan takbir sebagaimana khutbah dua shalat id. Jamaah shalat gerhana bulan adalah semua umat Islam secara umum sebagai jamaah shalat id. Sedangkan imamnya dianjurkan adalah pemerintah atau naib dari pemerintah setempat. 

Sebelum shalat ada baiknya imam atau jamaah melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut: 

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا/مَأمُومًا لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ 

Artinya: Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT. 

 

Teknis Shalat Gerhana
Adapun secara teknis, shalat sunah gerhana bulan adalah sebagai berikut: 

1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram. 

2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati. 

3. Baca taawudz dan surat Al-Fatihah. 
Setelah itu baca surat Al-Baqarah atau selama surat itu dibaca dengan jahar (lantang). 

4. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat surat Al-Baqarah. 

5. I’tidal, bukan membaca doa i’tidal, tetapi surat Al-Fatihah. Setelah itu baca surat Ali Imran atau selama surat itu. 

6. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat surat Al-Baqarah. 

7. I’tidal dengan membaca doa i’tidal. 

8. Sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama. 

9. Duduk di antara dua sujud 

10.Sujud kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua. 

11.Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua. 

12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama seperti rakaat pertama. Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua saat berdiri pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa. Sedangkan ketika berdiri kedua dianjurkan membaca surat Al-Maidah. 

13. Salam. 

14 .Imam atau orang yang diberi wewenang menyampaikan dua khutbah shalat gerhana dengan taushiyah. Yakni agar jamaah beristighfar, semakin takwa kepada Allah, bertobat, sedekah, memerdekakan budak (pembelaan terhadap kelompok masyarakat marjinal), dan lain sebagainya. 

Meringkas Bacaan

Apakah boleh dibuat dalam versi ringkas? Dalam artian seseorang membaca surat Al-Fatihah saja sebanyak empat kali pada dua rakaat tersebut tanpa surat panjang seperti yang dianjurkan? Atau bolehkah mengganti surat panjang itu dengan surat pendek setiap kali selesai membaca surat Al-Fatihah? Boleh saja. Ini lebih ringkas seperti keterangan Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam I’anatut Thalibin berikut ini. 

         ولو اقتصر على الفاتحة في كل قيام أجزأه، ولو اقتصر على سور قصار فلا بأس. ومقصود التطويل دوام الصلاة إلى الانجلاء

Artinya: Kalau seseorang membatasi diri pada bacaan surat Al-Fatihah saja, maka itu sudah memadai. Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan surat-surat pendek setelah baca surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah. Tujuan mencari bacaan panjang adalah mempertahankan shalat dalam kondisi gerhana hingga durasi gerhana bulan selesai. (Lihat: Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz I, halaman: 303). 

 

Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunahan shalat dua rakaat gerhana tetap berlaku. Sedangkan dua khutbah shalat gerhana bulan boleh tetap berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana bulan sudah usai. 

Demikian tata cara shalat gerhana bulan berdasarkan keterangan para ulama. Wallahu a’lam.


https://jatim.nu.or.id/keislaman/hukum-dan-tata-cara-shalat-gerhana-bulan-uZlRL

Author: Zant