Nusa Dua, NU Online Jabar
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah sekarang berhasil memajukan agama sebagai faktor penting dalam pembangunan dunia masa depan.
“NU, PBNU dalam periode ini berhasil memajukan agama sebagai faktor sangat penting dalam membicarakan perubahan global, perkembangan dunia masa akan datang,” katanya kepada NU Online pada Kamis (3/11/2022).
Hal itu karena keberhasilan PBNU menggelar Forum Agama G20 atau Forum R20 di Nusa Dua, Bali yang dihadiri tokoh-tokoh agama dunia. Dari forum ini, Prof Nasar menegaskan bahwa agama tidak lagi bisa ditinggalkan dalam proses perencanaan pembangunan masa depan bangsa.
“Agama jangan hanya diminta menyelesaikan persoalan, tapi tidak pernah dilibatkan dalam perencanaan pembangunan yang justru menyebabkan persoalan ini muncul,” katanya.
“Ya kan unik, bagaimana kita diminta menyelesaikan yang penyebabnya kita tidak pernah dilibatkan,” lanjut Rais Syuriyah PBNU itu.
Ia mencontohkan, agama hanya diundang di Kementerian Sosial, tetapi tidak pernah diundang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
“Jangan agama hanya dilibatkan di sektor hilir, tapi hulunya tidak pernah diajak,” ujar Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an itu.
Kehadiran R20 ini menjadikan agama perlu diajak terlibat mulai dari sektor hulu sampai sektor hilir. “Dengan demikian, agama memegang peranan penting. Terbukti bahwa religious language (bahasa agama) sangat penting dalam masyarakat modern,” ujarnya.
Artinya, bahasa agama sangat diperlukan dalam rangka menciptakan dunia yang berkemanusiaan di masa depan. Tanpa bahasa agama, ancaman kemanusiaan itu bisa terwujud. Oleh karena itu, ia menegaskan agar jangan sampai melahirkan “masyarakat monster”.
“Masyarakat monster itu ketika agama tidak terlibat. Kalau agama terlibat dalam perencanaan apapun, maka kita berkembang,” katanya.
“Agama sangat penting dalam kehidupan masyarakat modern. Masyarakat sekular sudah gak relevan lagi. Agama harus dilibatkan,” lanjutnya.
Agama dan negara harus proporsional
Pemisahan agama dan negara harusnya tergantung proporsinya. Tidak mungkin semuanya serba agama. Namun, agama tanpa keterlibatan negara juga jadi sporadis, tidak lagi komprehensif. Sementara pemisahan total sudah tidak relevan.
Karenanya, agama jangan terlalu jauh mencampuri negara. Sebaliknya, negara juga tidak boleh terlalu jauh mencampuri urusan agama.
“Ada porsi proporsional dan profesional di situ. Kita tidak ingin menjadi negara agama tetapi tidak juga ingin menjadi negara sekular,” ujarnya.
Prof Nasar menegaskan, bahwa negara Pancasila itu terbaik untuk bangsa Indonesia. Menurutnya, konsep inilah yang menunjukkan baldatun tayyibah sehingga perlu disebarkan ke seluruh dunia.
“Itulah peranan NU sebetulnya. Keterlibatan agama dalam membicarakan bangsa negara, alam semesta wajib. Jangan ditinggalkan,” pungkasnya.
Editor: Abdul Manap