I’tikaf di Malam Likuran Ramadhan

Di malam likuran Bulan Ramadhan sangat berbeda suasananya dengan malam-malam belasan atau malam awal-awal Ramadhan. Yang membedakan malam likuran dengan malam-malam yang sebelumnya adalah terlihat dari banyaknya orang yang beti’tikaf di masjid.

   
I’tikaf atau berdiam diri di dalam masjid yang diawali dengan niat tertentu pada malam likuran Bulan Ramadhan merupakan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah saw. 

   
Setiap kali memasuki sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan, Rasulullah saw mengencangkan ikat pinggangnya (menjauhi istri-istrinya dari menggauli) guna menghidupkan malamnya (malam sepuluh hari terakhir Ramadhan) dan membangunkan istri-istrinya untuk i’tikaf.

   
Hadits nabi dari Aisyah Radhiyallahu anha berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشَرَ اْلأَوَاخِـرَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَةً وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Artinya:
Jika masuk sepuluh hari terakhir, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam, dan membangunkan isteri-isterinya,” (HR Bukhari dan Muslim)

Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri


https://jateng.nu.or.id/taushiyah/i-tikaf-di-malam-likuran-ramadhan-O1xXp

Author: Zant