Katib Aam PBNU Dorong Lembaga Falakiyah Perluas Definisi Falak

Bandung, NU Online 

Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori menyampaikan bahwa orang kerap kali membedakan ilmu falak dan astronomi. Definisi ilmu falak dipersempit menjadi ilmu perputaran matahari, bumi, dan bulan saja, sedangkan peruntukannya hanya pada penentuan awal bulan dan tahun dan waktu shalat. Sementara untuk ilmu yang mempelajari keseluruhan alam raya disebut sebagai astronomi.

“Saya agak tidak setuju ini,” kata Kiai Said Asrori saat membuka secara resmi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Falakiyah PBNU yang digelar di Sekolah Tinggi Manajemen, Informatika, dan Komputer (STMIK) Bandung, Jawa Barat, Jumat (9/12/2022).

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thullahlb, Tempuran, Magelang, Jawa Tengah itu menegaskan bahwa ilmu falak perlu diperluas definisinya, tidak sekadar membahas perputaran matahari, bumi, dan bulan. Demikian juga kebermanfaatannya tidak hanya pada persoalan ibadah.

Pandangan demikian tentu memiliki dasar argumentasi. Kiai Said melandasinya pada sebuah hadits qudsi yang masyhur mengenai sosok Nabi Muhammad saw dan penciptaan alam raya.

Dalam hadits tersebut, Allah swt berfirman laulaka, laulaka ya Muhammad, lama khalaqtul aflak. “Jika tidak karena dirimu, jika tidak karena dirimu, wahai Muhammad, tidaklah Aku menciptakan aflak. Aflak merupakan bentuk jamak dari kata falak,” kata Kiai Said Asrori.

“Apa aflak itu? Ma hiya al-aflak? Saya berkesimpulan, al-aflak hiya ma siwa Allah (aflak itu sesuatu selain Allah). Ya, makhluk. Hawadis (sesuatu yang baru). Segala sesuatu selain Allah,” jelasnya.

Dari situ, Kiai Said menegaskan bahwa ilmu falak merupakan ilmu yang digunakan sebagai alat untuk mempelajari alam semesta. “Ilmu falak adalah ilmu untuk mempelajari seluruh ciptaan Allah,” katanya.

Hal ini diperkuat dengan pemaknaan para kiai atas kata falak, yaitu cakrawala. Artinya, bukan sekadar matahari, bumi, dan bulan saja, melainkan seluruh jagat. “Cakrawala itu ilmu tentang bumi dan antariksa,” katanya.

Dalam cakrawala, bumi merupakan salah satu anggota dari galaksi Bima Sakti. Tidak hanya itu, ada galaksi-galaksi lain, seperti andromeda, dan sebagainya. Dalam benaknya, ini selaras dengan penyebutan langit di dalam Al-Qur’an yang kerap disebut dalam bentuk jamak, samawat.

Mengutip kitab Hushunul Hamidiyah, ada penyebutan samaul ardli, langitnya bumi. “Samawat yang pertama, samaul ardli, itu ya galaksi Bima Sakti,” katanya.

Pembukaan Rakernas LF PBNU ini ditandai dengan pembunyian angklung oleh KH Akhmad Said Asrori bersama Ketua LF PBNU KH Sirril Wafa, Sekretaris LF PBNU H Asmui, dan Kepala Subdirektorat Hisab Rukyat dan Syariah Kementerian Agama H Ismail Fahmi.

Selain itu, turut mendampingi pula, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Juhadi Muhammad, Ketua LF PWNU Jawa Barat H Asep Zaenal Muttaqien, dan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bandung KH Asep Jamaluddin.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan

Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

https://www.nu.or.id/nasional/katib-aam-pbnu-dorong-lembaga-falakiyah-perluas-definisi-falak-pwJLa

Author: Zant