Jakarta, NU Online
Kepala Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta Balitbang Diklat Kemenag, H Samidi Khalim, menyebutkan hasil riset terbaru bahwa ceramah-ceramah para tokoh agama di media sosial sangat berpengaruh dan memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat. Ia mengatakan, masyarakat saat ini telah menjadikan medsos sebagai sumber keagamaan.
Hal itu diungkapkan Samidi kepada NU Online, usai menjadi narasumber dalam Seminar Internasional Moderasi Beragama pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IX Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Oleh karena itu, media sosial telah menjadi salah satu sumber rujukan masyarakat untuk belajar agama maka Samidi mengusulkan agar LDNU, di level PBNU hingga PCNU, mampu meningkatkan kapasitas para dai.
“LD PBNU perlu meningkatkan kapasitas para dai dan membuat regulasi kepada setiap LDNU di wilayah dan daerah untuk membuat kanal YouTube atau medsos sebagai ladang dakwah. Itu untuk membuat kontranarasi terhadapd dakwah-dakwah yang intoleran,” kata Samidi.
Wakil Ketua PCNU Kota Semarang ini menambahkan, intoleransi di media sosial kerap dimunculkan oleh sebagian tokoh agama atau orang yang ditokohkan dengan selalu menonjolkan ajarannya, seraya memojokkan ajaran kelompok yang berbeda. Dakwah-dakwah intoleran seperti itu yang dapat menimbulkan disharmoni.
“Ini tantangan bagi kita untuk lebih mengedepankan dakwah moderat dan moderasi beragama di medsos, untuk mempraktikkan ajaran agama tidak berlebihan. Inilah dakwah wasathiyah dengan pola moderasi beragama,” ungkapnya.
Hasil Survei
BLA Jakarta telah merilis survei tentang Dai Populer di Media Sosial. Salah satu pertanyaan dalam survei ini adalah tentang pada saat kondisi waktu apa saja yang digunakan oleh responden dalam menggunakan media sosial untuk mendengarkan ceramah agama.
Sebagai pengisi waktu senggang menjadi jawaban teratas dengan 70,43 persen, disusul saat istirahat kerja (42,96 persen), sambil santai dengan keluarga (36,40 persen), saat ingin belajar agama (30,68 persen), dan pengantar saat bekerja (16,74 persen).
Sebagian besar responden survei tersebut juga menyatakan sangat setuju (74,50 persen) para dai menggunakan media sosial dalam berdakwah. Sementara mereka yang setuju sebanyak 26,08 persen.
Lalu sebanyak 97,91 persen responden memandang perlu para dai yang aktif bermedia sosial memiliki tradisi keilmuan pesantren, sedangkan yang menyatakan tidak perlu hanya 2,09 persen.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Musthofa Asrori
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.