Semarang, NU Online Jawa Tengah
Salah satu impian bagi umat Islam adalah naik haji. Ibadah ini merupakan satu hal yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dengan catatan mampu. Meskipun demikian, mereka yang belum berkemampuan juga berupaya agar bisa menjalankannya.
Banyak catatan mengenai perjalanan haji seseorang, di antaranya adalah buku berjudul Orang Jawa Naik Haji. Buku ini ditulis oleh seorang sastrawan Indonesia asal Sragen, Jawa Tengah, yakni Danarto.
Ia dikenal sebagai sastrawan sufistik karena banyak melahirkan karya-karya sastra prosa berupa cerpen dan novel, drama, hingga puisi yang unik dan bernuansa sufisme. Berbeda dengan karya-karyanya yang lain yang bergenre sastra, buku ini berisi catatan perjalanannya dalam menunaikan ibadah haji.
Dikutip dari NU Online, pengalaman Danarto yang personal dalam menjalankan rukun Islam kelima itu dituangkan di dalam buku tersebut. Tak ayal, buku itu sarat akan hal yang bersifat sangat pribadi. Buku itu tidak saja merekam sejumlah peristiwa yang disaksikan penulisnya, tetapi juga perasaan si penulis sendiri.
Cerita yang sangat personal ini dan ditulis dengan kata ganti pertama memberikan kedekatan tulisan dengan pembacanya. Karenanya, meskipun zaman sudah jauh karena ditulis tahun 1980-an, tetapi tulisan itu masih terasa begitu dekat.
Kepiawaiannya dalam merangkai kata-kata membuat cerita pengalamannya dalam berhaji ini begitu asik dibaca dengan segala macam konflik batin, konflik internal, dan konflik dengan orang lain yang terjadi selama ia berhaji.
Buku cerita haji ini juga (mungkin) menjadi buku mengenai haji pertama yang meletakkan suku pada judulnya. Kemudian, barulah buku-buku dengan pencantuman suku-suku lain bermunculan, seperti Orang Batak Naik Haji, Orang Madura Naik Haji, dan Urang Banjar Naik Haji.
Perbedaan buku-buku ini juga terletak pada gaya penulisannya, ada yang cerita pengalaman, humor, sampai tulisan ilmiah. Meskipun demikian, buku-buku tersebut memuat cerita haji yang tidak saja memuat rangkaian kisah perjalanan selama menjalani ibadah haji, melainkan juga terselip sejumlah pesan penting. Pesan-pesan ini tidak saja berkaitan dengan ibadah tersebut, tetapi juga erat kaitannya dengan kehidupan secara umum. Sebab, banyak pengalaman pribadi saat berhaji yang menjadi pembelajaran untuk aktivitas sehari-hari di masa-masa berikutnya. Pun ritus khusus di masing-masing daerah.
https://jateng.nu.or.id/nasional/ketika-orang-jawa-naik-haji-catatan-sastrawan-asal-sragen-9mtiN