Dikisahkan, dahulu ada seorang tukang kayu yang bekerja di sebuah perusahaan pengrajin pembuat rumah kayu. Dalam hitungan waktu, ia sudah 40 puluh tahun bekerja di perusahaan itu, dan kini usianya hampir mendekati kepala 6 sehingga ia berniat untuk berhenti kerja (resign) lalu menikmati masa tua bersama istri dan anak cucu.
Ketika niatnya disampaikan kepada pemilik perusahaan, kesedihan tampak memancar di wajahnya, hal ini dikarenakan si tukang kayu itu merupakan tukang andalan.
Sebelum si tukang kayu resign, ada satu permintaan dari pemilik perusahaan agar dibuatkan satu rumah sebagai pekerjaan terakhirnya, dan permintaan itupun disanggupi. Gegara sudah tidak mood dalam bekerja, si tukang kayu itu membuat rumah secara asal-asalan sehingga hasilnya tidak sebaik rumah-rumah yang telah ia buat.
“Saat ini rumah sudah jadi, maka rumah ini saya hadiahkan kepadamu sebagai ucapan terima kasih dari perusahaan” kata pemilik perusahan kepada tukang kayu. Mendengar ucapan itu si tukang kayu tampak menyesal seraya berkata “Mengapa rumah itu aku buat secara asal-asalan? Kalau tahu rumah itu akan diberikan kepadaku tentu akan aku buat sebaik mungkin.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut adalah; hendaknya setiap orang ketika melakukan pekerjaan (bukan yang dilarang) selalu mendasarkan pada niat yang baik dan ikhlas, karena setiap pekerjaan yang diniatkan dengan baik dan ihlas hasilnya akan kembali kepadanya.
Hadits nabi:
إنَّما الأعمالُ كالوِعاءِ إذا طابَ أسفلُهُ طابَ أعلاهُ وإذا فسَدَ أسفلُهُ فسدَ أعلاهُ
Artinya:
Sesungguhnya amalan itu seperti bejana. Jika bagian bawahnya baik maka baik pula bagian atasnya. Jika bagian bawahnya rusak, bagian atasnya pun rusak. (HR Ibnu Majah)
Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri
https://jateng.nu.or.id/taushiyah/ketika-tukang-kayu-buat-rumahnya-secara-asal-asalan-W6kwY