Sumenep, NU Online Jatim
KH A Pandji Taufiq, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep menegaskan, identitas kesantrian bukan murahan. Karena, dalam sudut pandang sosio kultural, kesantrian luar biasa di Indonesia.
Pernyataan ini disampaikan pada acara peringatan maulid nabi dan Hari Santri Nasional (HSN) yang dihelat oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Batang-Batang di Madrasah Miftahul Ulum Batang-Batang Daya, Batang-Batang, Sumenep, Kamis (20/10/2022).
Dikatakan, HSN sudah diperingati sejak 6 tahun lalu, tepatnya pada tahun 2014 yang disahkan oleh Presiden RI Ir H Joko Widodo.
Disahkannya HSN tersebut, lanjutnya, menandakan bahwa santri menjadi nafas dan energi berdiri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.
“Ketika Indonesia menginjak usia Ke-77 tahun. Kita diakui oleh pemerintah. Di mana ada sekelompok masyarakat yang bernama santri, mampu mempertahankan Tanah Air dan memberi warna kehidupan terhadap bangsa Indonesia,” ujarnya.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk itu menyatakan, HSN menjadi kewajiban yang harus diperingati secara serentak oleh seluruh bangsa. Artinya, pada tanggal 22 Oktober, anak bangsa diminta untuk mengenang kembali bahwa salah satu pilar bangsa, yakni santri, memiliki peran besar terhadap kemerdekaan Indonesia.
“Seandainya tidak ada Hasratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, Indonesia tak akan lahir. Sebagaimana dalam sejarah, Ir H Soekarno selalu sowan untuk meminta petuah demi kemerdekaan Indonesia yang bertepatan pada bulan Ramadhan dan Nuzulul Qur’an,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengajak Nahdliyin untuk meluapkan ekspresi syukurnya terhadap kelahiran Nabi Muhammad SAW.
“Di Arab, memperingati maulid tidak diizinkan. Alhamdulillah di Indonesia, dari istana hingga ke perkampungan, kita bisa memperingati bersama kelahiran Rasulullah SAW,” tandasnya.
https://jatim.nu.or.id/madura/ketua-nu-sumenep-identitas-kesantrian-bukan-murahan-LKA5P