Yogyakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) M Agil Nuruz Zaman mengajak seluruh kader IPNU se-Indonesia untuk siap menghadapi abad kedua NU dan bonus demografi.
Agil menuturkan, kader IPNU beserta IPPNU saat ini merupakan generasi Z bagi NU. Ia menegaskan agar seluruh kader tidak lagi memiliki rasa minder dan insecure (tidak percaya diri).
Sebab kader IPNU dan IPPNU saat ini adalah generasi yang istimewa lantaran momen-momen besar akan terjadi dan dilalui oleh generasi muda NU ini. Momen itu tentu saja peringatan 1 Abad NU dan bonus demografi.
“Pada tahun ini, NU sudah berumur 100 tahun. Jarang sekali orang-orang akan melewati usia NU di 100 tahun itu. bahkan kita ini mungkin tidak akan bertemu 100 tahun yang kedua kali. Ini momen luar biasa bagi kita,” tutur Agil.
Hal itu diungkapkan Agil usai melantik Pimpinan Wilayah IPNU-IPPNU Daerah Istimewa Yogyakarta di Graha Wana Bhakti Yasa, Umbulharjo, KotaYogyakarta, pada Sabtu (18/12/2022) kemarin.
“Kita generasi beruntung. Pendahulu kita banyak yang tidak mengalami satu abad NU, tetapi kita generasi Z-nya NU bisa mengalami 100 tahun NU. Ini momen yang tidak akan terulang dalam kehidupan kita,” tutur Agil.
Kemudian, ia mengingatkan bahwa kader-kader IPNU dan IPPNU juga akan melewati momen istimewa yakni bonus demografi. Ia menekankan agar seluruh kader se-Indonesia mampu mengisi bonus demografi dengan karya yang cemerlang.
“Jawabannya adalah bagaimana nanti kita berproses 5-10 tahun nanti, apakah ini benar-benar menjadi bonus atau malah bencana,” ucap kader IPNU asal Demak, Jawa Tengah itu.
Indonesia Emas
Momen selanjutnya yang tak kalah istimewa dan akan dilewati oleh kader IPNU-IPPNU adalah masa Indonesia Emas, saat republik ini berusia 100 tahun pada 2045 atau sekitar 23 tahun yang akan datang.
“Generasi IPNU-IPPNU yang hari ini mayoritas usia 18-20 tahun, pada saat Indonesia berumur 100 tahun, maka mereka akan berusia 35-40 tahun. Itu usia ideal untuk menjadi pemimpin bangsa ini,” tutur Agil.
Untuk menghadapi itu semua, Agil mengajak seluruh kader untuk selalu percaya diri dan tidak pernah merasa kecil atau kurang. Ia juga meminta agar seluruh proses formalitas IPNU yang menghambat kaderisasi untuk segera disisihkan.
“Hari ini sudah tidak zamannya lagi hal-hal formil yang menghambat organisasi. Akselerasi-akselerasi lompatan itu yang harus kita laksanakan,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa tantangan ke depan semakin berat. Penyebab utamanya adalah gempuran arus globalisasi dan urbanisasi yang tak terbendung, khususnya di Yogyakarta.
“Maka tanggung jawab rekan-rekan ini bukan hanya memberikan asupan-asupan tentang Aswaja bagi penduduk asli Yogya, tetapi juga penduduk pendatang harus kita NU-kan,” ucap Agil.
Keistimewaan IPNU-IPPNU di Yogyakarta
Ketua Umum PP IPPNU Whasfi Velasufah mengatakan bahwa Yogyakarta memiliki keistimewaan tersendiri. Salah satunya tentu saja karena Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Pelajar.
“Ini merepresentasikan IPNU-IPPNU se-Indonesia. IPNU IPPNU Yogyakarta ke depan harus menjadi percontohan, karena banyak sekali talenta, cendekia yang lahir dari Yogyakarta,” tutur Vela, sapaan akrabnya.
Secara khusus, ia lantas meminta para pengurus PW IPPNU DIY untuk melahirkan dan menelurkan program-program strategis dan unggulan yang dapat menjadi solusi bagi problem yang dihadapi pelajar.
Tiga Dosa Pelajar
Mengutip ungkapan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Vela menyebutkan terdapat tiga dosa pelajar yakni intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan (bullying).
Vela menuturkan, banyak data yang menunjukkan bahwa pelajar menjadi aktor dan korban dalam tiga dosa itu. Namun, ia yakin dan belum pernah mendengar ada kader IPNU dan IPPNU yang melakukan dosa pelajar itu.
“Insyaallah tidak ada. Jadi IPNU-IPPNU itu menjadi solusi dari tiga dosa pelajar itu. IPNU-IPPNU menjadi second school (sekolah kedua) bagi para pelajar di Indonesia,” tegas Vela.
Ia mengingatkan, IPNU-IPPNU adalah basan otonom NU yang bertugas untuk melakukan pengaderan di lingkungan pelajar, dari yang belum kenal hingga mengenal NU.
“Kita harus bisa menjelaskan Islam ramah, Islam Aswaja dari IPNU-IPPNU,” tutur kader IPPNU asal Kudus, Jawa Tengah itu.
Vela berpesan kepada pengurus PW IPPNU DIY untuk selalu bersama dan menjalin kolaborasi antarpengurus, sehingga jangan sampai ada perseteruan atau perselisihan.
“Momen-momen sisa-sisa konferensi wilayah (konferiwil) jangan sampai dihadirkan kembali. Kita di sini menjadi satu kesatuan untuk melairkan dan membentu pelajar ke depannya,” pungkas Vela.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syamsul Arifin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.