Surabaya, NU Online Jatim
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menegaskan bahwa kenikmatan yang didapat di dunia dari jerih payahnya adalah sekadar cipratan bila dibandingkan di akhirat kelak. Dunia sejatinya adalah media untuk menanam dengan memperbanyak mengerjakan amal kebaikan, sementara panennya di akhirat.
“Adapun cipratan panen yang mungkin kita terima di dunia. Cipratannya saja misalkan punya pabrik, rumahnya di mana-mana ada, dan seterusnya. Itu hanya cipratan,” katanya sebagaimana dalam video pada Channel Multimedia KH Miftachul Akhyar diakses NU Online, Kamis (28/3/2024).
Karena sebatas cipratan, manusia hendaknya tidak mudah tergiur hingga lupa bahwa ada kehidupan selanjutnya, yakni akhirat. Urusan akhirat ini yang mestinya didahulukan. Semua hal yang dilakukan harus berorientasi pada upaya menggapai balasan dan ridha Allah di akhirat.
“Urusan dunia dan akhirat ini menjadi penting bagi amal. Dunia ini sebagai tempat bercocok tanam, nyelengi (nabung). Akhirat sebagai tempat menuai atau panen. Jadi kalau orang bercocok tanam, panennya nanti, tidak sekarang,” terangnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini lalu mengungkapkan bahwa dahulu ada salah satu sahabat yang melakukan penelitian terhadap amal-amal yang dilakukan manusia di dunia. Yang berbahaya adalah bila amal-amal itu dikerjakan namun terlampau cinta terhadap dunia dan sampai melupakan akhirat.
“Sebagian sahabat meneliti semua amal. Dan hasilnya yang paling membahayakan amal adalah cinta dunia lupa akhirat,” ujar Kiai Miftach, sapaan akrabnya menjelaskan kitab yang dibaca.
Karena itu, lanjut Kiai Miftach, orang cerdas justru kalau di dunia dia tidak mau memanen, panennya nanti di akhirat. Hal ini penting ditiru karena justru akan membantu mendorong untuk terus mengerjakan amal, dan tidak sibuk berharap imbalan di dunia.
“Kalau dipanen di dunia tidak cukup dunianya. Makanya kalau di dunia tidak usah diseriusi karena tentu dapat cipratan. Yang kita seriusi nanti di akhirat,” ucap Kiai Miftach.
Urusan akhirat memang perlu menjadi prioritas manusia di dunia. Akhirat adalah jalan panjang yang mesti diseriusi. Tahapan menuju ke sana semuanya ada di dunia. Oleh karena itu, harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh.
“Lha ini akhirat perjalanan yang panjang dan lama tentu harus kita persiapkan jangan sampai bambung di sana. Di sana tidak ada bambung. Kalau tidak punya rumah di akhirat ya tempatnya di neraka. Naudzubillah,” ujarnya.
Di dunia saja, imbuh Kiai Miftach, orang yang hendak pindah tempat tinggal dari desa ke kota misalkan, harus mencari rumah dulu meskipun itu gubuk. “Kalau tidak, dari desa mau ke Surabaya tidak mempersiapkan rumah, ya bambung,” tegasnya.
“Begitu juga orang kalau menuju akhirat yang selamanya tentu mempersiapkan apa saja yang akan ia lakukan di sana termasuk tinggalnya di mana,” tuturnya.