Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menekankan bahwa saat seseorang beserdawa dan bersin agar tidak mengeraskan suara. Hal ini merupakan adab yang perlu diperhatikan oleh setiap Muslim khususnya.
Demikian ini didasarkan pada hadits riwayat Imam al-Dailami, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
إذا تجشأ أحدكم أو عطس فلا يرفعن بهما الصوت ، فإن الشيطان يحب أن يرفعه بهما الصوت
Artinya, “Jika salah seorang di antara kalian beserdawa atau bersin, maka jangan mengeraskan suara dengan keduanya. Karena setan senang terhadap salah seorang dari kalian yang mengeraskan suara saat bersin dan beserdawa.”
“Glegek iku ojo banter-banter (glegekan itu jangan keras-keras. Dan wahing (bersin) juga ojo banter-banter,” katanya saat saat Ngaji Kitab Hadits Jami’ As-Shogir yang ditayangkan Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar diakses NU Online, Ahad (2/7/2023).
Seseorang yang glegekan dan bersin dengan suara keras kerap kali ditemui di berbagai tempat. Menurut Kiai Miftach, sapaan akrabnya, faktor pemicunya karena sudah menjadi kebiasaan. Dan, ia tidak sadar bahwa sudah terbawa dengan kehendak setan.
“Tapi, kadang orang kebiasaan, ya belajarlah, memerangi kebiasaan. Kadang kita-kita ini kalau wahing masih keras. Lupa kalau suara banter wahing itu memang atas kendali setan. Setan menginginkan,” ungkapnya.
Di samping alasan itu, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menjelaskan, menahan bersuara keras di saat harus bersin dan serdawa, berarti telah mengupayakan untuk menjaga perasaan orang lain yang ada di sekelilingnya sekaligus menghormatinya.
“Jangan keras-keras kalau glegekan atau bersin, di samping menjaga perasaan orang lain. Mungkin di sampingmu ada orang yang lama tidak makan. Sedangkan kamu glegekan terus. Jadi, orang itu tersinggung,” tutur Kiai Miftach.
Adab atau tuntunan ini sepertinya memang hal kecil, dan semestinya bisa dilakukan oleh kebanyakan orang. Tapi lantaran sikap sebaliknya telah menjadi kebiasaan, mengubahnya tidaklah mudah. Kendati demikian, Kiai Miftach mengingatkan bahwa setan adalah musuh yang nyata yang harus diperangi.
“Inti hadits ini meminta kita agar ngempet (menahan). Glegekan itu jangan keluar suara, wahing itu di-empet.
Itu (glegekan dan bersin dengan suara keras) kesenangan setan. Padahal kita tahu bahwa setan musuh bebuyutan kita. Setan diciptakan memang untuk mengganggu kita. Setan tidak pernah istirahat, tidak pernah kesal,” ucapnya.
Kiai Miftach bersyukur banyak umat Islam yang sampai saat ini masih sering mendengar sabda-sabda Nabi melalui berbagai majelis ilmu. Di sana seringkali ditemui banyak hadits yang dikaji. Apalagi di zaman yang serba maju seperti sekarang.
Ia berharap, banyaknya kesempatan dalam mendengar hadits Nabi Muhammad saw, benar-benar bisa meneladani sifat, prilaku, dan karakter Nabi. “Beruntung kita mengisi usia kita dengan terus mendengarkan sabda-sabdanya Kanjeng Nabi,” tandasnya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/nasional/kh-miftachul-akhyar-jelaskan-adab-saat-beserdawa-dan-bersin-AivjU