Khutbah pekan ini menyoroti keutamaan dan berkah dari istiqamah, atau konsistensi, dalam menjalankan ibadah serta berinteraksi dengan sesama (muamalah). Istiqamah membawa kenikmatan batin berupa ketenangan dan kepuasan dalam ketaatan kepada Allah. Dengan terus berpegang teguh pada jalan yang lurus, seorang muslim akan mendapat keberkahan hidup, baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ . القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيمِ: إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلْبِكَةُ إِلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوْعَدُونَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ المصَلُّونَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah swt
Menjadi kewajiban bagi khatib untuk menyampaikan wasiat taqwa dalam setiap khutbahnya. Oleh karena itu mengawali khutbah Jumat ini, mari kita kuatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketakwaan harus kita lakukan secara konsisten dan berkesinambungan sehingga bukan hanya berdampak pada kuantitas takwa namun juga kualitasnya.
Konsisten dan berkesinambungan yang dalam bahasa Arab disebut sebagai istiqamah. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dalam ibadah dan muamalah kita sehari-hari. Dengan istiqamah, kita akan senantiasa meraih keberkahan dalam setiap aktivitas kehidupan dan akan mendapatkan ganjaran dari Allah swt. Firman Allah dalam Surat Fussilat ayat 30 menyebutkan.
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Allah juga menjanjikan bagi umat Islam yang bisa menjaga keistiqomahannya dengan menganugerahkan rezeki yang banyak dan mampu mencukupinya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Jin ayat 16:
وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ
Artinya: “Seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan air yang banyak (rezeki yang cukup).”
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah swt
Dalam kehidupan ini, kita sering menghadapi berbagai dinamika yang berdampak pada naik turunnya semangat menjalankan berbagai aktivitas termasuk dalam hal ibadah dan muamalah. Kondisi ini tentu perlu kita sikapi dengan bijak. Di kala kita berada pada puncak semangat untuk beribadah dan bermuamalah, kita harus sekuat tenaga mempertahankannya. Namun ketika memang kita sedang berada dalam kondisi terpuruk dan kurang motivasi dalam beribadah dan bermuamalah, kita juga harus mencari cara bagaimana meningkatkannya.
Terkait dengan hal ini, istiqamah menjadi solusinya. Istiqamah bisa kita artikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsisten dalam melakukan sesuatu. Ada peribahasa yang berbunyi: “Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”. Peribahasa ini menggambarkan bagaimana konsistensi menjadi hal yang penting untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas yang baik.
Dalam hal ini Rasulullah saw juga pernah bersabda dalam Hadits Riwayat Imam Muslim:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَل
Artinya: “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit.”
Dengan senantiasa menguatkan keistiqomahan dalam kondisi senang maupun susah, maka kita akan mampu merasakan manisnya amal walaupun hal itu dilakukan sedikit demi sedikit. Terkadang kita berusaha menambah amalan shalat, dzikir dan doa karena kita sedang menghadapi masalah.
Karena hal ini bukan karena sebuah keistiqomahan, maka terkadang sulit untuk menikmatinya dan tidak berdampak signifikan terhadap kondisi spiritual kita. Ulama sufi menyebut bahwa istiqamah memiliki banyak keistimewaan seperti karomah atau kemuliaan bagi pelakunya. “Al-Istiqomatu khoirun min alfi karamah” (Istiqamah lebih baik dari seribu karomah).
Ketika sikap istiqamah mampu dilakukan dan didasari dengan niatan tulus dan ikhlas, maka semangat dalam beribadah dan bermuamalah pun akan terus tertanam dalam jiwa. Apapun aktivitas yang didasari oleh semangat, rasa senang, cinta, dan tak ada beban, maka pasti akan menghasilkan kualitas yang baik.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah swt.
Untuk menumbuhkan istiqomah, perlu kiranya kita mengikis harapan-harapan besar dari apa yang kita lakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga diri dari pengharapan yang tidak kesampaian yang mengakibatkan kekecewaan. Maka dalam istiqomah, ada keikhlasan di dalamnya sehingga ketika kita shalat misalnya, kita harus menjadikannya sebagai kebutuhan bukan sekadar menginginkan surga sebagai imbalan. Jika kita meminta kepada Allah, menjadikan doa kita lebih utama daripada terkabulnya doa kita.
Orang yang istiqamah menyadari bahwa doa adalah bentuk komunikasi langsung dengan Allah. Intinya bukan sekadar permohonan agar Allah mengabulkan keinginan kita, tetapi justru kedekatan dengan-Nya saat berdoa yang menjadi tujuan utama. Kebahagiaan sejati terletak pada proses berdoa, bukan pada terkabulnya doa tersebut.
Begitu juga saat kita memohon ampun kepada Allah, jadikan tobat lebih utama daripada ampunan. Orang yang istiqamah akan lebih berfokus pada pentingnya proses tobat sebagai bentuk kesadaran dan penyesalan atas kesalahan, dibandingkan dengan sekadar mendapatkan ampunan. Kesungguhan dalam bertaubat, merasakan perubahan hati, dan berkomitmen untuk memperbaiki diri adalah esensi yang lebih diutamakan.
Semua yang dilakukan oleh orang-orang yang istiqamah adalah untuk menggapai berkah dan ridha Allah, mengokohkan iman, dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Istiqamah akan menjaga seseorang tetap di jalan kebenaran, memperkuat hubungannya dengan Allah, dan menggapai keselamatan abadi.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah swt
Menutup khutbah ini, mari kita bermohon kepada Allah swt agar senantiasa menganugerahkan istiqomah kepada kita semua dalam hal ibadah dan muamalah. Mari kita berdoa seperti doa yang dipanjatkan Imam al-Hasan al-Bashri:
اللهم أَنْتَ رَبُّنَا فَارْزُقْنَا الْاِسْتِقَامَةَ
Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami, maka karuniakanlah kepada kami istiqomah di jalan-Mu.”
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ فَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَالْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah II
الحَمْدُ لِلَّهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدِنِ ابْنِ عَبدِ اللَّهِ،وَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَامُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِوَاعْلَمُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ.قَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَآمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَالْمُسْلِمِينَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَاصَّةً وَسَائِرِبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ العَالَمِينَ.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عن الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. وَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَر.
Sumber: Pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Kotamobagu Sulawesi Utara
https://jateng.nu.or.id/khutbah/khutbah-jum-at-berkah-istiqamah-dalam-ibadah-dan-muamalah-xHwRD