Padang, NU Online
Siang hari yang tidak terlalu terik, sesosok pria berpeci hitam tampak sibuk di tengah ruangan olahraga SMA 1 Padang, Sumatra Barat. Sepertinya ini adalah gelanggang olahraga yang disulap sedemikian rupa menjadi arena pertunjukan lomba MTQ Korpri ke-6 Tingkat Nasional cabang khat yang spektakuler.
Sejumlah karya peserta yang ditata rapi mengelilingi ruangan arena bak orkestra yang memanjakan warna, cahaya, irama, garis, dan estetika. Tampak seperti pameran lukisan kelas dunia.
Sepasang mata yang menyaksikannya pasti terkagum-kagum. Bahkan, mungkin membuat jantung berhenti sejenak. Pasalnya, jejeran kalam ilahi yang dilukis pada kanvas dan dipadukan lanscap hamparan alam raya seolah melihat potret surga yang jatuh ke bumi.
Begitulah gambaran suasana cabang khat pada perhelatan MTQN ke-6 Korpri tahun ini, yang merupakan ajang unjuk kreativitas para Aparatur Sipil Negara Republik Indonesia (ASN RI) yang digelar setiap dua tahun sekali.
Bicara cabang lomba Khath Al-Qur’an, maka tidak dapat dilepaskan dari peran besar sosok KH Didin Sirojuddin. Separuh hidupnya telah didedikasikan untuk membuka jalan para khattath atau kaligrafer muda mendapatkan perhatian di Indonesia.
Pada MTQN ke-6 Korpri Nasional di Padang, Sumbar, dirinya menjadi Dewan Hakim Cabang Khat Al-Qur’an. Di sela jam istirahat, Kiai Didin mengungkapkan bahwa karya-karya peserta sangat menakjubkan.
“Karya-karya yang tampil sangat bangus sekali, menakjubkan, bahkan dilihat dari usia pesertanya karena Korpri kan usia pensiunnya 58 ya, ini hasilnya sangat luar biasa bahkan hasil MTQ tahun ini progress-nya baik sekali dari MTQ lalu,” ungkap Kiai Didin, di SMA 1 Kota Padang, Rabu (9/11/2022).
Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menduga para peserta cabang Khat Al-Qur’an kali ini telah mempelajari berbagai karya sehingga hasilnya sangat berpengaruh.
“Kemungkinan mereka juga ini sebetulnya adalah khattath. Mereka rupanya sudah melihat kanan kiri, termasuk lomba kaligrafi dunia. Itu sangat berpengaruh,” ungkapnya lagi.
Sekarang ini, lanjut dia, para khattath telah mengikuti lomba tingkat internasional di Iran, Pakistan, Trengganu, Sabah, Brunei Darussalam, Maroko. Lomba yang diikuti itu menghasilkan karya nyata dan terbukti beberapa kaligrafer Indonesia menjadi pemenang juara satu.
“Dulu kaligrafer kita susah sekali menembus juara di tingkat internsional karena persaingannya ketat, terutama tingkat kehalusan karya, terbukti kita sudah juara satu, artinya kita sudah mampu,” ungkapnya.
Ditanya soal tips agar menjadi khattath atau kaligrafer yang baik, Doktor Didin memberikan saran agar memperbanyak latihan, seperti saran Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
“Wahai orang yang hendak memperelok kaligrafinya, hendaknya ia banyak latihan,” terangnya menukil pendapat Ali bin Abi Thalib. Menurut Kiai Didin, latihan terus-menerus dapat mendorong karya yang progresif sehingga dapat menyesuaikan diri pada level internasional.
Kiai Didin menambahkan, Indonesia memiliki nilai lebih dalam perkembangan kemajuan dunia seni kaligrafi. hal itu ditandai dengan ragam golongan yang ditampilkan dalam setiap event MTQ. Seperti diketahui, Indonesia memiliki beberapa golongan, seperti golongan dekorasi, kontemporer, naskah dan digital.
“Di luar negeri lomba itu jarak jauh, dikirimkan karyanya, dinilai sekian lama dan umumnya hanya hitam putih. Tapi di kita hanya naskah yang warna hitam putihnya, itupun ada warnanya. Kemudian dekorasi, apalagi kontemporer, ditambah lagi dengan digital, full colour, bagus sekali,” terang Kiai Didin.
Pelopor Golongan Khat Digital
Mengenai cabang khat digital yang baru pertama kali dilombakan secara resmi, Kiai Didin mengamini bahwa MTQ Korpri merupakan pelopor golongan digital di Indonesia, bahkan dunia. Ia pun optimis ke depan cabang khat akan terus berkembang.
“Soal digital, saya belum melihat di internasional. Bisa jadi, kita merupakan pelopor. Sekiranya terus dikembangkan, kita ingin adanya digital bergerak, semacam animasi. Jadi, huruf ketika digerakkan akan menjadi huruf alif lalu menjadi tulisan Allah dalam sebuah bukit itu kan hebat sekali,” ujarnya penuh semangat.
Di akhir cerita, Doktor Didin berpesan untuk para khattath agar terus belajar dan memperdalam pada gaya-gaya yang terus berkembang, sehingga apapun perkembangan di dalam maupun luar negeri dapat diikuti. Wal hasil, mereka bisa beradaptasi dan menjadi juara dalam setiap event lomba, baik di Indonesia maupun dunia.
Kontributor: Ahmad Syamsuddin
Editor: Musthofa Asrori
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/nasional/kiai-didin-sirojuddin-mtqn-korpri-pelopor-musabaqah-khat-digital-eW55C