Abdul Muthalib yang tak lain adalah kakek Rasulullah saw pernah bernazar. Jika ia dikaruniai sepuluh orang anak dan tumbuh dewasa menjadi pelindung dirinya, maka salah satu dari mereka akan dikurbankan di samping Ka‘bah. Ternyata keinginannya pun terkabul.
Allah mengaruniainya sepuluh orang anak laki-laki, yaitu: al-Harits, az-Zubair, Hajl, Dhirar, al-Muqawwim, Abu Lahab, al-‘Abbas, Hamzah, Abu Thalib, dan terakhir adalah Abdullah yang merupakan anak yang paling dicintainya. (Lihat: Sirah Ibni Ishaq, jilid 1, hal. 32).
Pada suatu hari, Abdul Muthalib memanggil mereka untuk menyampaikan nazarnya. Setelah berkumpul, mereka bertanya, “Lantas apa yang meski kami lakukan sekarang?” Sang ayah menjawab, “Masing-masing dari kalian mengambil botol, lalu tulis nama kalian di dalamnya. Setelah selesai, berikan botol itu kepadaku.”
Mereka pun menjalankannya. Botol yang telah terisi nama masing-masing pun diserahkan kepada sang ayah.
Kemudian, semua botol itu diundi. Dan ternyata nama yang keluar adalah Abdullah. Ini artinya anak yang harus dikurbankan untuk memenuhi nazar Abdul Muthalib adalah Abdullah yang kemudian hari menjadi ayah dari Rasulullah saw.
Setelah melihat undian nama yang keluar adalah Abdullah, Abdul Muthalib bergegas mengambil pisah dan bersiap untuk menyembelih putra bungsunya itu.
Namun, di saat demikian, salah seorang laki-laki Quraisy menghampiri dan berkata, “Wahai Abdul Muthalib, apa yang hendak engkau lakukan?” Dijawabnya, “Aku hendak menyembelihnya.”
Namun, laki-laki Quraisy itu mengingatkan, “Demi Allah, jangan pernah sembelih anak itu hingga engkau dimaafkan! Jika engkau melakukannya, maka orang-orang akan terus melakukan seperti ini. Sekali lagi, jangan lakukan itu. Sekarang pergilah ke Hijaz. Di sana ada seorang perempuan pintar. Tanyakan padanya. Jika ia memerintahmu menyembelihnya, lakukanlah. Namun, jika ia memerintah sesuatu yang lain kepadamu, maka itu adalah jalan keluarnya.”
Akhirnya Abdul Muthalib bersama anak-anaknya berangkat menuju Hijaz dan menemui perempuan pintar dimaksud. Ia pun menceritakan tentang diri, anak, dan keinginan nazarnya. Si perempuan pun menyarankan agar nazar tersebut diganti dengan sepuluh ekor unta. Namun sebelumnya harus diundi lagi, apa yang keluar dari undian itu.
Perempuan itu menyampaikan, “Jika yang keluar adalah nama Abdullah, maka tambahlah jumlah untanya sampai Tuhan kalian meridhainya. Sementara, jika yang keluar dari undian adalah unta, maka sembelihlah unta-unta tersebut. Sebab, itu tandanya Tuhan kalian sudah meridhai dan saudara kalian selamat.”
Setelah sepakat dengan usulan itu, Abdullah berdoa kepada Allah dan bersiap kurban di hadapannya, yakni Abdullah dan sepuluh ekor unta. Kemudian diundi kembali, dan ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Maka 10 ekor unta ditambahkan kepadanya. Kini jumlah unta menjadi 20 ekor.
Abdul Muthalib kembali berdoa dan undian dilakukan. Dan yang keluar lagi-lagi nama Abdullah. Undian pun dilakukan hingga beberapa kali dan yang keluar masih tetap nama Abdullah. Setiap kali keluar nama Abdullah, sepuluh unta ditambahkan. Hingga yang kesepuluh kalinya, barulah yang keluar adalah nama unta. Dengan demikian jumlah unta pun menjadi 100 ekor.
Orang-orang Quraisy yang hadir pun berkata, “Wahai Abdul Muthalib, itu pertanda bahwa Tuhanmu sudah meridhai.” Namun, Abdul Muthalib masih belum yakin. Ia berkata, “Tidak, aku akan mengulangi undian ini sampai tiga kali.” Dan nama yang keluar adalah nama unta. (Lihat pula: Sirah Ibnu Hisyam, jilid I, halaman 153).
Akhirnya, seratus unta itu disembelih oleh Abdul Muthalib sebagai pengganti nazar kurban anaknya yang bernama Abdullah, sebagaimana yang dikisahkan oleh Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya. Pantas Rasululullah saw pernah menyampaikan, “Aku adalah putra dari dua orang yang akan dikurbankan.” Maksudnya adalah Nabi Ismail as dan Sayyid Abdullah. (Lihat: al-Mawardi, A’lam an-Nubuwwah, jilid I, halaman 198).
Sungguh luar biasa rencana Allah menyelamatkan hamba-Nya yang kelak menjadi ayahanda Rasulullah saw. Wallahu a’lam.
Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.