Jombang, NU Online
Firman Filani (30), merupakan sedikit dari banyaknya penghafal Al-Qur’an (hafiz) yang mau mengurusi dan mengajar Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) untuk belajar Al-Qur’an. Selama membina mereka, ia telah berkali-kali mendapatkan serangan fisik ketika bekerja.
Firman sehari-hari bekerja sebagai pengurus Padepokan Tahfidhul Quran Ibnu Rusydi di Dusun Nglaban, Desa Bendet, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia juga mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada santri ODGJ selama 12 tahun sejak lulus madrasah aliyah tahun 2012.
“Tidak mudah memimpin dan membina puluhan ODGJ. Saya pernah kena pukul juga,” jelas Firman kepada NU Online, Rabu (15/5/2024).
Firman bercerita, ia sudah mengabdi di Padepokan Ibnu Rusydi sejak 2012 hingga sekarang. Sebagai guru dan penghafal Al-Qur’an, kehadiran Firman sangat diandalkan dalam mengelola puluhan ODGJ.
Sepanjang mengabdi, ia telah bertemu dengan berbagai tipe ODGJ, mulai gangguan mental ringan hingga depresi berat. Ada juga pecandu narkoba dan gangguan ilmu hitam.
“Kejadian tidak terlupakan yaitu ketika saya memimpin shalat jamaah, terus jamaahnya yang ODGJ malah asyik bertengkar,” kata alumnus Pascasarjana Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng ini.
ODGJ berhak hidup normal
Alasan Firman bertahan untuk mau terus mengurus santri ODGJ karena tidak tega melihat ada hamba Allah diperlukan tidak manusiawi. Baginya, bagaimanapun kekurangan ODGJ, mereka tetaplah manusia yang butuh perhatian.
Tak jarang, Firman mendapatkan pasien yang dibuang oleh keluarganya karena malu memiliki anggota keluarga ODGJ. Ia tidak tega melihat peristiwa tersebut. Dia juga tidak bisa membayangkan, jika yang dalam gangguan jiwa adalah keluarganya, tentu tidak tega.
“Kiai dawuh, coba bayangkan seandainya orang yang dalam gangguan jiwa adalah kita atau keluarga kita. Itu yang paling menyentuh. Lebih baik kita merawat daripada dirawat. Ini tentang kemanusiaan. Hablumminannas. Kadang ODGJ ini keluarganya tidak bisa dihubungi. Ada yang yatim piatu,” katanya.
Alasan lainnya yang menggerakkan hati Firman mau mengurus ODGJ yaitu perintah mensyiarkan Al-Qur’an. Menurutnya, di Indonesia ini cukup banyak orang yang hafal Al-Qur’an, tapi sedikit sekali di antara mereka yang mau mengamalkan, mengajarkan kepada orang berkebutuhan khusus.
“Al-Qur’an bisa kita amalkan sebagai syifa’, sebagai obat, kepada teman-teman yang sedang mengalami gangguan jiwa, narkoba dan zat berbahaya lainnya,” tegasnya.
Metode Pengobatan Ibnu Rusydi untuk ODGJ
Firman Filani mengatakan jika selama membina ODGJ ia mendapatkan banyak pengalaman unik. Meliputi cara pandang kepada ODGJ, cara merawat, dan memenangkan ODGJ ketika ngamuk. Karena tak jarang, Firman harus pusing tujuh keliling mencari santrinya yang kabur.
Sebagian ODGJ yang kabur tersebut tidak berbusana dan teriak-teriak sepanjang jalan. Lalu ia bawa kembali ke padepokan dan ditenangkan untuk menjalani pengobatan.
Firman juga mendapatkan ilmu dalam bidang pengobatan selama mendampingi gurunya Ustadz Agus Ma’arif membina ODGJ di Ibnu Rusydi. Dari ilmu tersebut, Firman juga sering mendapatkan klien dari luar Padepokan Ibnu Rusydi atau masyarakat umum.
“Saya banyak belajar ilmu pengobatan ke pengasuh. Seperti ruqyah, bekam, bio elektrik, akupuntur, pengasuh memang memiliki basic di pengobatan. Setelah belajar ke pengasuh, saya terapkan ke santri yang didampingi. Hasilnya luar biasa. Ini jadi bekal saya hingga saat ini,” imbuhnya.
Secara rinci, Firman menjelaskan dua macam metode pengobatan ODGJ di Padepokan Ibnu Rusydi. Pertama, metode pengobatan dari dalam, yaitu dengan dilatih untuk baca Al-Qur’an, shalat lima waktu, ngaji kitab kuning dan membaca kalimat thayibah agar pikiran tenang, adem, dan tenteram.
Metode ini bertujuan agar para santri yang ODGJ punya kesibukan baru, aktivitas tersebut diharapkan dapat mengembalikan fungsi otaknya untuk bisa mengontrol diri sendiri agar tidak emosi.
Kedua, metode pengobatan dari luar. Bentuknya lewat ruqyah, akupuntur, totok saraf, titik punggung dan lain sebagainya. Namun, terpenting dari proses pengobatan ini menurut Firman adalah membuat santri yang ODGJ nyaman dan tenang.
“Kita juga melakukan pengobatan santri lewat akupuntur, totok saraf, titik punggung, dan bekam. Diobati secara luar dan dalam. Aktor utamanya pengasuh, cuma pengurus juga diajarin cara menangani,” bebernya.
Berharap ada bantuan lanjutan
Pengasuh Padepokan Tahfidhul Qur’an Ibnu Rusydi, Ustadz Agus Ma’arif, berharap kedepannya ada donatur atau bantuan pemerintah yang datang untuk beasiswa kelanjutan pendidikan santri mantan ODGJ.
Maksudnya, agar setelah sembuh dari ODGJ, santri tersebut bisa beraktivitas dalam kehidupan masyarakat dengan bekal ilmu dan ijazah yang diakui. Agar tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
“Semoga dermawan mau ikut serta bantu para santri yang berpotensi kuliah hingga S2. Sebab kami tidak punya dana lebih untuk ini,” tandasnya.