Jakarta, NU Online
Suara tembakan tak lagi asing bagi warga Sudan semenjak ramai-ramai peristiwa kudeta pemerintah yang berkuasa pada tahun 2018 lalu. Hal ini juga dirasakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di negara tersebut. Pasalnya, berbagai aksi terhadap pemerintahan masih kerap terjadi di ruang publik dan suara tembakan tak jarang muncul menyertai aksi-aksi tersebut.
Tak ayal, mendengar suara rentetan tembakan pada Sabtu (15/4/2023) tak muncul prasangka berlebih di dalam diri Hadziq Mubarok, mahasiswa semester akhir jurusan Ilmu Hadits, Universitas Internasional Afrika, Khartoum, Sudan. Di benaknya, mungkin tembakan itu berasal dari aparat yang hendak membubarkan aksi seperti yang sudah-sudah.
“Konflik yang dimulai pada tanggal 15 April kemarin, awalnya kami menyangka ini adalah aksi pembubaran demonstrasi seperti biasanya yang di lakukan pihak pemerintah,” kata Hadziq kepada NU Online pada Kamis (4/5/2023).
Namun, lama kelamaan, WNI di sana merasa ada yang tidak beres dengan suara tembakan yang masih terus muncul. Bahkan, kontak senjata juga terjadi di dekat distrik pendidikan atau kampus tempat Hadziq dan sejumlah WNI lainnya menimba ilmu. Karenanya, WNI di sana langsung mengambil tindakan untuk mencari informasi yang valid atas peristiwa tersebut dan memberikan peringatan dini kepada kepada WNI lainnya.
Pihak kampus Universitas Internasional Afrika juga sigap dengan segera mengevakuasi seluruh mahasiswi dari asrama ke gedung serbaguna yang terdapat di dalam kampus. Hal ini dikarenakan posisi asrama mahasiswi sangat dekat dengan tempat terjadinya kontak senjata dan markas dari salah satu pihak yang bertikai.
Sebagaimana diketahui, Sudan tengah memanas akibat konflik bersenjata antara Tentara Sudan dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) sejak Sabtu (15/4/2023). Baku tembak antara kedua belah pihak terjadi. Bukan hanya peluru kecil, sejumlah bom dan rudal pun melayang dan menerangi langit Sudan yang gelap akibat listrik padam.
Di tengah pertempuran yang semakin memanas itu, Hadziq mencoba untuk membuat dirinya tetap tenang. Ketenangan baginya menjadi kunci keselamatan diri sendiri dan juga menyelamatkan orang lain di sekitarnya.
“Untuk saya pribadi dengan sebisa mungkin untuk tetap tenang, memikirkan agar bisa selamat dan juga dapat menyelamatkan yang lain, serta mencari dan memberi informasi kepada yang sekiranya membutuhkan,” kata Alumnus Pondok Pesantren Al-Ittihad dan Al-Kautsar Cianjur, Jawa Barat itu.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.