Abdurrahman Badawi, filsuf eksistesialis dari Mesir bilang :
بالصدفة اتيت الى هذا العالم وبالصدفة ساغادر هذ العالم.
“Tanpa kehendak kita, kita datang di dunia ini, dan tanpa kehendak kita pula, kita akan meninggalkan dunia ini”.
Ya, aku pikir tentu saja bukan hanya kedatangan kita ke dan kepulangan kita dari dunia ini yang tanpa kehendak kita. Tubuh, wajah dan kulit kita menjadi seperti adanya juga bukan kehendak kita. Kelahiran kita di suatu tempat pada waktu tertentu juga bukan atas pilihan kita. Kita ini diciptakan Tuhan sebagaimana adanya kita dalam ruang dan waktu yang dikehendaki-Nya.
“Apakah menjadi mukmin atau menjadi non mukmin juga bukan kehendak kita?”, sergah seorang teman.
Ini pertanyaan yang menarik sekaligus selalu diperdebatkan orang sepanjang masa di banyak tempat. Tetapi Imam Abu Hamid al-Ghazali, mengatakan :
الإيمان نور يقذفه الله في قلوب عباده عطية وهدية من عنده.
“Iman adalah cahaya yang diletakkan Allah di dalam hati hamba-hamba-Nya, sebagai anugerah dan hadiah dari-Nya”.
Jika begitu, maka sungguh sangat tidak patut kita merendahkan manusia, siapapun dia dan dengan lekatan primordial apapun dia, karena dia juga diciptakan Tuhan sama seperti kita. Dan semua ciptaan Tuhan yang ada di alam semesta ini tidak ada yang diciptakan secara salah atau sia-sia. Al-Qur’an menyatakan :
ربنا ما خلقت هذا باطلا . سبحانك فقنا عذاب النار
“Wahai Tuhan kami. Tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia (keliru atau salah). Mahasuci Engkau. Maka lindungi kami dari siksa neraka”. (QS. Ali-‘Imran: 191)
Oleh karena itu betapa menarik dan indahnya kata-kata Ibnu Arabi sang bijak-bestari ini :
لا تحتقر احدا. ولا شيءا فان الله لا يحتقره حين خلقه
“Jangan rendahkan siapapun dan apapun, karena Tuhan tidak merendahkannya saat menciptakannya”.
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU