Lailatul Qadar, yang juga dikenal sebagai malam kemuliaan, adalah salah satu malam yang paling istimewa dalam Islam. Malam ini terjadi pada salah satu malam terakhir dari bulan Ramadhan, namun tanggal pastinya tidak diketahui secara pasti. Para ulama berbeda pendapat terkait tanggal pastinya malam Lailatul Qadar.
Pendapat pertama mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi setiap hari di bulan Ramadhan. Kedua, mengatakan, bahwa Lailatul Qadar terjadi di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam Kitab Musnad Ahmad, juz IV, halaman 316:
اِلْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى أَوْ سَابِعَةٍ تَبْقَى أَوْ خَامِسَةٍ تَبْقَى
Artinya: “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam ke sembilan yang tersisa, tujuh yang tersisa dan lima yang tersisa”.
Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Lailatul Qadar terjadi pada hari-hari ganjil di 10 terakhir bulan Ramadhan, tanpa menentukan itu di tanggal ganjil atau tidak.
وَلَفْظُ الشَّافِعِيِّ: “وَطَلَبُهَا فِيْ الْوِتْرِ مِنْهُ أَيْ: مِنِ العَشْرِ, اَحَبُّ اِلَيَّ”. وَمِنْ هَذَا اَلْخَبَرُ أَخَذَ القَاضِي الحُسَيْنِ تَأَكُّدَ طَلَبِهَا فِيْ الْعَشْرِ اَلْأَخِيْرِ أَيْضاً؛ لِأَنَّ الْوِتْرَ لَا يُدْرَي أَنَّهُ أَرَادَ بِهِ المَاضِيَ أَوْ الوِتْرَ المُسْتَقْبَلَ؛ فَيَدْخُلُ فِيْهِ الكُلُّ.
Artinya : “Lafal dari Imam As-Syafi’i: “Mencari Lailatul Qadr pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadan lebih aku sukai.” Kemudian dari kabar As-Syafi’i ini, mengambil pendapat Qadi Husein, yang dijadikan dasar dari kesunahan mencari Lailatul Qadar pada 10 hari terakhir bulan Ramadan (tanpa mengkhususkan pada malam-malam ganjil). Karena tidak diketahui malam terakhir yang telah lalu ataukah yang akan datang, maka masuklah semua sepuluh hari tersebut.” (Mugnil Muhtaj, juz I, halaman 221).
Terkait kemuliaan dan keutamaan malam Lailatul Qadar dijelaskan langsung oleh Allah dalam surat Al-Qadr ayat 3. Allah berfirman;
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya, “Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3)
Dalam ayat lain Lailatul Qadar juga disebut sebagai malam yang diberkahi:
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِى لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
Artinya, “Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatul Qadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan.” (QS Ad-Dukhan: 3).
Menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, ayat “Lailah Mubarakah” yang dimaksud ialah malam Lailatul Qadar. Hal ini jika kita merujuk pada penjelasan Al-Quran surat Al-Qadar ayat 1 tentang Al-Qur’an yang diturunkan di Lailatil Qadar. Lebih lanjut Al-Baqarah ayat 185 mengatakan bahwa bulan Ramadan adalah bulan diturunkan Al-Quran. Adapun malam Lailatul Qadar, berarti malam yang amat berharga, cocok artinya dengan Lailatin Mubarakatin (malam yang diberi berkah), yang tertulis di ayat ini.
Selain itu, dalam hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw juga menjelaskan bahwa malam Lailatul Qadar malam yang mulia, yang akan menjadi kesempatan pengampunan dosa yang telah lalu. Keistimewaan itu dianugerahkan bagi orang yang menghidupkannya dengan amal kebaikan. Nabi saw bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa yang melakukan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Tips Menggapai Lailatul Qadar
Lailatul Qadar dianggap sebagai malam yang sangat mulia dan penuh keberkahan. Umat Islam dianjurkan untuk beribadah dan beramal kebaikan pada malam ini untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Nah berikut ini lima (5) tips untuk menggapai malam Lailatul Qadar.
Pertama, meningkatkan ibadah. Perbanyak ibadah selama 10 malam terakhir Ramadhan dengan melakukan shalat malam (tahajud), membaca Al-Quran, berdoa, dan berzikir. Pasalnya, Rasulullah di malam 10 terakhir Ramadhan senantiasa mengisi dengan ibadah kepada Allah. Dijelaskan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda;
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَر
Artinya. “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bila memasuki 10 hari, yakni 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR Al-Bukhari).
Sementara itu Abu Ishaq As-Syirazi dalam Kitab At-Tanbih menuliskan bahwa seyogianya orangmengisi 10 malam terakhir Ramadhan, terlebih malam ganjilnya dengan memperbanyak amal kebajikan.
ويطلب ليلة القدر في جميع شهر رمضان وفي العشر الأخير أكثر وفي ليالي الوتر أكثر وأرجاها ليلة الحادي والعشرين والثالث والعشرين ويستحب أن يكون دعاؤه فيها اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عني
Artinya: “Dianjurkan mencari Lailatul Qadar di setiap malam Ramadhan, terutama malam 10 akhir dan malam ganjil. Lailatul Qadar paling sering diharapkan terjadi pada malam 21 dan 23.” Dianjurkan memperbanyak doa di dalamnya, “Allahumma innak ‘afuun tuhibbul afwa Fa’fu ‘anni”.
Kedua, beriktikaf di masjid. Untuk meraih malam Lailatul Qadar seyogianya mengisi dengan melaksanakan iktikaf di masjid, terlebih di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Contoh iktikaf model ini, dipraktikkan langsung oleh Rasulullah saw ketika bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana hadis yang bersumber dari Imam Muslim, Nabi saw bersabda;
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان
Artinya, “Bahwa Rasulullah SAW, beliau melekasanakan iktikaf di malam 10 terakhir bulan Ramadhan.”
Adapun tujuan Rasulullah saw melakukan iktikaf, untuk mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Pasalnya, dalam malam tersebut lebih mulia dari 1000 bulan (83 tahun 4 bulan). Orang yang mendapatkan malam tersebut, maka akan memperoleh ampunan dan rahmat Allah, yang tidak ada bandingannya.
Ketiga, berinfak dan bersedekah. Infak dan sedekah pada malam Lailatul Qadar sangat dianjurkan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah berfirman;
إِنَّ ٱلۡمُصَّدِّقِينَ وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقۡرَضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمۡ وَلَهُمۡ أَجۡرٌ كَرِيمٌ
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga).”
Praktik sedekah di bulan Ramadhan juga dilaksanakan oleh Rasulullah saw secara langsung, yang disaksikan oleh sahabat yang lain. Hal ini terekam dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim;
انَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ
Artinya; “Rasulullah saw adalah orang paling dermawan di antara manusia lainnya, dan ia semakin dermawan saat berada di bulan Ramadhan.”
Keempat, berdoa dengan penuh khusyuk. Berdoa dengan penuh khusyuk, tawadhu’, dan memohon ampun kepada Allah sawt agar diberikan keberkahan pada malam Lailatul Qadar. Ada satu doa yang diajarkan Rasulullah saw pada Aisyah ra, yang cocok diamalkan di bulan Ramadhan. Pun doa ini populer di Nusantara:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Artinya, “Dari Sayidah Aisyah, dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau jika aku tahu bahwa malam tertentu adalah Lailatul Qadar, lantas apa doa yang mesti saya ucapkan?’ Nabi Saw menjawab, ‘Bacalah doa berikut ini: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni’, (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).”
Kelima, meningkatkan kebaikan. Selama 10 malam terakhir Ramadan, perbanyak melakukan kebaikan seperti membantu orang lain, berbuat baik kepada orang tua, dan lain-lain. Hal ini dapat menjadi amal yang berkelanjutan dan terus mendatangkan keberkahan dari Allah:
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه. رواه البخاري
Artinya, “ِBarang siapa yang mengisi Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhari). Wallahu a’lam.
Ustadz Zainudin Lubis
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.