Bogor, NU Online
Lembaga Pendidikan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT PBNU) mengundang sejumlah perguruan tinggi, baik di lingkungan NU maupun kampus negeri, untuk menyusun kurikulum dan buku ajar Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.
Proses pembahasan dan penyusunan itu dilangsungkan di Hotel Amaroossa Bogor, Jawa Barat, selama dua hari, pada Kamis-Jumat (16-17/2/2023). Pertemuan ini menghadirkan Marzuki Wahid, Ketua Tim Perumus Kurikulum dan Buku Ajar Aswaja An-Nahdliyah.
Menurut Marzuki, kurikulum dan buku ajar tersebut menjadi satu kebutuhan yang sangat mendesak bagi NU apabila ingin menata sistem pendidikan. Ia menyebut, penataan sistem pendidikan itu tidak hanya dilakukan dengan mendirikan struktur fisik saja tetapi juga perangkat lunaknya yakni kurikulum.
Saat ini, kata Marzuki, PBNU memiliki banyak perguruan tinggi dengan menggunakan nama Nahdlatul Ulama dalam berbagai bentuk; universitas, institut, sekolah tinggi, dan akademi. Ada juga perguruan tinggi yang tidak menggunakan nama NU tetapi tetap berada di bawah atau menjadi bagian dari keluarga besar NU.
“Salah satu kebutuhan yang paling mendesak dan sekarang dibutuhkan oleh mereka adalah kurikulum dan buku ajar terstandar secara nasional yaitu tentang Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah, kita singkat Aswajana. Kita lagi merancang kurikulum dan buku ajar Aswajana ini untuk semua perguruan tinggi di lingkungan NU,” kata Marzuki kepada NU Online, Kamis (17/2/2023).
Pokok bahasan kurikulum Aswaja
Marzuki mengatakan, kurikulum itu terkait dengan nama mata kuliah. Ia mengusulkan agar disepakati bahwa nama mata kuliah yang dimaksud adalah Aswaja An-Nahdliyah. Kemudian di bawah mata kuliah ini nanti ada pokok-pokok bahasan yang harus dijelaskan.
Bersama para pimpinan perguruan tinggi yang hadir dalam proses penyusunan ini menyepakati paling tidak ada lima pokok bahasan utama. Pertama, the body of knowledge atau tubuh pengetahuan soal Aswajana. Kedua, historisitas atau sejarah tentang Aswajana yang juga harus jelas.
Ketiga, penjelasan mengenai paradigma Aswajana. Keempat, ajaran pokok Aswajana di berbagai bidang; aqidah, fiqih, tasawuf, ijtima’iyah (kemasyarakatan), iqtishadiyah (ekonomi), siyasah (politik), ilmu pengetahuan dan teknologi, insaniyah (kemanusiaan), serta bi’ah (lingkungan).
“Kita ingin menghadirkan paradigma Aswajana ini untuk merespons dan menjawab problem-problem sosial dan kemanusiaan serta tantangan ilmu pengetahuan hari ini,” harap Anggota Pengurus LPT PBNU ini.
Kelima, kata Marzuki, Aswajana bukan hanya disusun pada tataran pengetahuan tetapi juga pada aspek afeksi atau kesadaran dan sikap. Ia mengaku, bersama tim perumus lainnya, akan mengatur strategi agar kurikulum Aswaja ini tidak semuanya perkuliahan tetapi ada pula praktik langsung atau turun ke lapangan.
Lalu, Marzuki menjelaskan, mahasiswa kelak akan didorong untuk berani menghadapi masalah. Dari sini akan terlihat sikap Aswajana yang ada pada diri mahasiswa itu terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi itu.
“Mahasiswa harus dilatih semacam itu sehingga dalam dirinya, otaknya, hatinya, dan seluruh anggota tubuhnya itu betul-betul Aswajana dengan seluruh pengetahuan, paradigma, dan praktikal-praktikal amaliyah lainnya,” tutur Rektor Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon itu.
Proses penyusunan kurikulum
Marzuki menjelaskan, proses penyusunan kurikulum Aswaja ini berlangsung sangat dinamis. Dilakukan melalui metode curah pendapat yang melibatkan sejumlah perguruan tinggi NU dan umum.
Tujuannya untuk mendengarkan realitas yang ada di masing-masing kampus dengan kehidupan mahasiswanya, serta praktik pembelajaran tentang Aswaja yang selama ini sudah dilakukan. Sebab Marzuki ingin, proses penyusunan kurikulum dan buku ajar ini benar-benar berbasis realitas.
“Berikutnya setelah kita menyusun, pasti nanti akan didiskusikan dengan para expert (pakar), dengan para kiai, jajaran PBNU di syuriyah dan tanfidziyah, juga para cendekiawan yang menguasai diskursus tentang Aswajana. Sehingga ada expert judgement, akan diuji oleh ahlinya,” tutur Marzuki.
“Kemudian akan kita selaraskan bahasanya, teknik penulisannya, sehingga betul-betul ini menjadi buku yang terstandar, baik secara ilmiah maupun sesuai dengan sasaran pengguna yang kita harapkan itu,” imbuh Marzuki.
Setelah dua hari melakukan pertemuan untuk membahas penyusunan kurikulum dan buku ajar Aswajana terstandar nasional ini, selanjutnya LPT PBNU akan mematangkan proses ini di UNU Purwokerto, pada 21-22 Februari 2023.
Rencananya, proses ini akan selesai dan menjadi draf final pada 5 Maret 2023. Lalu akan dibahas dan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LPTNU di Medan, Sumatra Utara, pada 8-10 Maret 2023.
Hasil Rakernas ini kemudian akan diserahkan ke PBNU untuk ditetapkan sebagai buku terstandar nasional dan seluruh PTNU se-Indonesia wajib memakai kurikulum serta buku ajar ini. Tak hanya itu, kampus-kampus yang di luar PTNU pun dipersilakan untuk memakai kurikulum Aswaja.
Berikut beberapa di antara nama-nama perguruan tinggi yang terlibat di dalam proses pembahasan dan penyusunan kurikulum Aswaja di Hotel Amaroossa Bogor, Jawa Barat, pada Kamis-Jumat (16-17/2/2023).
- UNU Indonesia
- UNU Surakarta
- UNU Purwokerto
- UNU Yogyakarta
- Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo
- ITSNU Pekalongan
- ISIF Cirebon
- UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto
- IAI Ma’arif Darul Fikri Indramayu
- Sekolah Tinggi Dakwah dan Komunikasi NU Indramayu
- Universitas Negeri Semarang
- UIN Walisongo Semarang
- Universitas Alma Ata Yogyakarta
- Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depok
- STAI Al-Aqidah Jakarta
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.