Pesta demokrasi nahdliyin Jawa Tengah yang dikemas dalam agenda konferensi wilayah (Konferwil) XVI di Gedung Aswaja PCNU Kota Pekalongan, Selasa-Rabu, 5-6 Maret 2024 lalu berlangsung lancar dan sukses, indikasinya semua peserta konferensi bergembira ria. Meski dipersiapkan tidak kurang dari 9 hari, Panitia PWNU Jateng dan PCNU Kota Pekalongan dengan sigap mempersiapkan segala sesuatunya demi keberhasilan agenda 5 tahunan itu.
Tak terkecuali jamaah NU yang mengikuti jalannya pesta demokrasi sejak Senin hingga Rabu dinihari turut larut dalam suasana pesta mengantar para pengurus wilayah dalam menyelesaikan perkhidmatannya sampai titik akhir sekaligus menyambut kehadiran nahkoda baru PWNU Jateng masa khidmah 2024-2029.
Duet KH Ubaidullah Shodaqoh-KH Abdul Ghaffar Rozin yang terpilih secara demokratis untuk memegang amanat sebagai rais syuriyah dan ketua tanfidziyah, diamanati untuk menggelar sidang formatur untuk menyusun pengurus wilayah, ini merupakan agenda pertamanya yang harus diselesaikan dalam kurun waktu 30 hari sejak ditutupnya acara konferwil.
“Insya Allah amanat itu akan segera kami selesaikan agar PWNU Jateng masa khidmah 2024-2029 bisa langsung menjalankan amanat Konferwil itu,” kata kiai Ubaid yang juga Pengasuh Pesantren Al-Itqon Bugen, Kota Semarang.
Menjadi Rais PWNU Jateng kali ini baginya merupakan amanat yang yang ketiga kali. Pertama pada konferwil XIV 2013 di kampus Sekolah Semesta Semarang terpilih melalui voting, kedua pada konferwil XV di Pesantren Ngroto Grobogan 2018 melalui mekanisme ahwa dan ketiga melalui mekanisme yang sama pada konferwil XVI di Pekalongan 2024.
Kiai Ubaid menurut catatan dokumen NU Online Jateng, memegang rekor sebagai kader NU di Jateng yang terlama dalam berkhidmah di jajaran syuriyah PWNU Jateng, Pada konferwil X NU Jateng pada tahun 1994 yang berlangsung di Gedung PHI Semarang mengamanatinya sebagai salah seorang wakil katib.
Posisi yang sama dipikulnya kembali saat Konferwil XI di Pesantren Brabo Grobogan 1998, namun hanya dijalani beberapa bulan, posisinya naik menjadi katib, menggantikan KH Hanif Muslih yang saat itu memperkuat jajaran Dewan Syuro DPW PKB Jateng, sebagai salah satu wakil ketua dewan syuro.
Jabatan katib kembali dipercayakan kepada Kiai Ubaid pada konferwil berikutnya, yakni XII (Unwahas Semarang 2003) dan Konferwil XIII (pesantren Al-Hikmah 2 Sirampog, Brebes tahun 2008). Jadi jika dihitung hingga pelaksanaan Konferwil Pekalongan, kiai Ubaid telah malang melintang di jajaran syuriyah selama 30 tahun tanpa putus dan henti. Dengan demikian diyakini bahwa Kiai Ubaid sangat paham peta jalan NU Jateng, karena sejak menjadi wakil katib, katib hingga rais dirinya paling sering menjalankan tugas-tugas di lapangan.
“Berbagai dinamika, intrik, dan kejadian atau peristiwa terkait dengan NU Jateng selama ini Insyaallah saya faham, Dari pengetahuan itu akan kita jadikan pelajaran untuk meningkatkan kualitas layanan warga,” tuturnya dalam acara penganugerahan Ma’arif NU Jateng Award 2024 di Hotel Muria Sabtu (9/3/2024).
Sangat panjangnya durasi khidmah Kiai Ubaid (58 tahun) di jajaran syuriyah NU Jateng menjadi menarik untuk diketahui, terlebih dari sisi proses pendidikan formal salah satu putra pasangan almarhum KH Shodaqoh Hasan dan Nyai Hikmah Abdurrasyid nyaris tidak melewati pembelajaran di lembaga pendidikan formal keagamaan Islam, kecuali saat mengenyam pendidikan dasar (MI).
Sebelum meraih gelar sarjana hukum (SH) pada jurusan Hukum Internasional (HI) Fakultas Hukum (FH) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Kiai Ubaid menyelesaikan studi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Wathoniyah Bugen Genuk Semarang, SMP Al-Fattah Terboyo Semarang, dan SMA Negeri 1 Semarang. Pendidikan agamanya diperoleh langsung dari ayahnya, Kiai Shodaqoh Hasan bersama kakak-kakaknya yang mengasuh pesantren Al-Itqon Bugen. Di antaranya KH Haris Shodaqoh (sekarang Rais PBNU) yang mengatakan bahwa adiknya, kiai Ubaid tidak pernah nyantri atau mondok di luar.
“Ya, Ubaid hanya ngaji kepada bapak dan guru-guru ngaji di rumah, alias tidak pernah ‘mondok’, kalau yang dijadikan ukuran mondok itu nyantri ke pesantren di luar, terutama keluar daerah,” tutur Kiai Haris.
Mungkin karena terlalu panjangnya durasi atau selisih waktu yang panjang, banyak yang tidak tahu kalau kiai Ubaid adalah salah satu alumni Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) angkatan pertama pada pertengahan tahun 1990-an yang diselenggarakan Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU.
Catatan dokumen NU Online Jateng menyebutkan, di antara 30 orang peserta PPWK I yang memang disiapkan untuk menjadi syuriyah masa depan saat itu Kiai Ubaid alumni pertama yang berhasil mencapainya.
Penulis: Samsul Huda