Jakarta, NU Online
Untuk memastikan kualitas pelaksanaan program penguatan literasi dan numerasi, LP M’arif NU PBNU sejak 2021 melakukan monitoring dan evaluasi. Langkah ini berisi dua kegiatan inti yakni pertama, survei dan pemetaan satuan pendidikan tingkat SMP di lingkungan LP Ma’arif NU PBNU untuk menentukan satuan pendidikan sasaran. Kedua, penyusunan modul pembelajaran dengan mengambil pendekatan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika.
Direktur pelaksana POP SMP LP Maarif NU PBNU, Wardi Taufik menjelaskan bahwa pihaknya berhasil menyusun 6 modul pembelajran yaitu 3 modul untuk peningkatan literasi bahasa Inggris siswa kelas 7, 8, dan 9 serta 3 modul untuk peningkatan numerasi matematika siswa kelas 7, 8, dan 9.
Untuk tahun 2022 jelasnya, program literasi-numerasi dilanjutkan kepada dua kegiatan pokok yakni pertama, Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk Kepala sekolah dan Guru Sasaran yang dilaksanakan di 5 provinsi (Jatim, Jateng, Jabar, NTB, dan Kalbar). Kedua adalah implementasi modul pembelajaran di satuan pendidikan (satpen) masing-masing guna meningkatkan kompetensi literasi-numerasi siswa.
“Tentu saat implementasi, kepala sekolah dan guru diharapkan mampu berinovasi dan menghasilkan praktik baik yang bisa ditularkan atau diimbaskan ke satuan pendidikan lain di sekitarnya,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima NU Online, Ahad (5/3/2023).
Sampai saat ini ungkapnya, sebanyak 6 petugas monitoring Jawa Timur telah melaksanakan visitasi ke 12 Satpen tingkat SMP yang menjadi sasaran Program LP Ma’arif NU PBNU. 12 Satpen tersebut tersebar di 12 Kab/kota, yaitu Kota Malang, Jember, Lumajang, Sumenep, Mojokerto, dan Ponorogo. Program ini melibatkan 60 orang dari unsur kepala sekolah dan guru.
Sebelum melakukan visitasi, pelaksana Program POP LP M’arif NU PBNU juga telah mengirimkan link form instrumen monitoring yang perlu diisi oleh kepala sekolah dan guru sasaran sebagai bahan awal untuk kegiatan evaluasi.
Evaluasi pelaksanaan program literasi-numersi tingkat SMP POP LP Ma’arif NU PBNU memiliki beberapa tujuan, di antarnya untuk, pertama, mengetahui tahap pelaksanaan modul pembelajaran di satpen masing-masing, kedua, mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pembelajaran. Untuk kebutuhan itu, LP Ma’arif NU telah membuat dan mengirimkan form istrumen monitoring kepada seluruh peserta sasaran.
“Yang kemudian diperdalam dengan melakukan visitasi dan wawancara langsung ke satuan pendidikan, dan kemudian kita lakukan analisis lebih mendalam dalam forum evaluasi ini,” ungkapnya pada kegiatan evaluasi di Suites Hotel Surabaya yang digelar mulai 4-5 Maret 2023.
Sementara Sekretaris pelaksana POP SMP, Deden Saeful Ridhwan menyatakan bahwa tahun 2023 adalah tahapan ketiga. LP Ma’arif PBNU melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai pemahaman literasi dan numerasi di sekolah, mengumpulkan informasi mengenai implementasi pelaksanaan dan pengimbasan pelaksanaan penguatan literasi dan numerasi di sekolah, serta mengumpulkan informasi mengenai kendala/permasalahan dalam pelaksanaan penguatan literasi dan numerasi di sekolah, khususnya dalam implementasi modul pembelajaran.
“Dengan adanya evaluasi terhadap program ini diharapkan adanya perubahan berupa kualitas peserta didik. (Ini merupakan) proses evaluasi terhadap rangkaian perencanaan program hingga dampak terhadap peserta didik,” jelasnya.
Program gerakan literasi-numerasi LP Ma’arif NU dimaksudkan agar tumbuh budaya literasi-numerasi pada peserta didik. Aktivitas membaca peserta didik dapat dikembangkan melaui proses pembiasaan hingga pembelajaran. Kebiasaan yang ditumbuhkembangkan melalui kegiatan literasi-numerasi di sekolah diharapkan dapat terus terpelihara, bukan hanya kepada peserta didik, tetapi juga kepada warga sekolah lainnya.
Tahapan Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan program Penguatan Literasi-Numerasi Tingkat SMP POP LP Ma’arif NU PBNU diawali dengan melihat penciptaan iklim literasi-numerasi sekolah. Hal ini mencakup beberapa hal yakni ketersediaan buku non pelajaran, ketersediaan tempat koleksi, dan ketersediaan poster – poster yang memotivasi.
Selain itu, juga dilihat aspek lainnya sepeti kultur literasi-numerasi yang ada di sekolah, misalnya penetapan waktu membaca, pemilihan buku oleh siswa, ada tidaknya tugas yang bersifat tagih, ada tidaknya diskusi formal, suasana kegiatan, keikutsertaan guru membaca, dan seterusnya. “Karena itu penting, visitasi langsung ke lapangan,” tegasnya
Selanjutnya, tahap pengembangan dapat dilakukan dengan penugasan berupa tulisan sederhana dan adanya diskusi informal antar siswa serta sekolah dengan membentuk tim literasi-numerasi. Selanjutnya adalah pembelajaran literasi-numerasi yang bertujuan untuk memberikan tugas yang dapat membantu siswa dalam kemampuan memahami teks literasi-numerasi dan bagaimana mengaitkannya dengan lingkungan.
Sementara itu Wakil Ketua PBNU KH A. Fachrurrozi (Gus Rozi) yang membuka secara resmi acara tersebut menjelaskan ruang lingkup penguatan literasi-numerasi tingkat SMP dapat diarahkan pada tiga tahapan yakni pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Ketiga hal ini meliputi: (1) lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi), (2) lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi-numerasi, dan (3) lingkungan akademik (adanya program literasi-numerasi yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).
Editor: Muhammad Faizin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.