Makna Khilafah Sebagai Gejala Berorganisasi, JQHNU Kota Semarang: Tidak Hanya Perbedaan Perspektif

Semarang, NU Online Jateng

Ketua Pimpinan Cabang (PC) Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Kota Semarang, Ahmad Rifqi Hidayat, menyampaikan bahwa khilafiyah terkait makna khilafah sering kali menyebabkan orang tidak memahami makna tersirat dari Al-Baqarah ayat 30, yaitu berorganisasi.

“Karena hanya berbicara tentang khalifah atau khilafah, maka hanya muncul perbedaan perspektif tentang maknanya saja, tanpa memperhatikan adanya gejala atau proses berorganisasi,” kata Gus Rifqi.

Hal tersebut disampaikan Gus Rifqi saat menyampaikan materi dasar organisasi dalam kegiatan Masa Ta’aruf Anggota Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh (Matanajwa) JQH Al-Hasyimi Universitas Wahid Hasyim di gedung PCNU Kabupaten Semarang, Ungaran Barat, Jumat (18/10/2024).

Gus Rifqi menjelaskan bahwa saat Allah sebagai Sang Pencipta memiliki rencana tentang khalifah di bumi, hal itu dapat dipahami sebagai gejala berorganisasi yang melibatkan pembagian tugas kepada para malaikat. 

“Ini kalau dalam istilah teori manajemen sudah jelas ada planning, organizing, dan actuating. Dari perencanaan, kemudian distrukturkan, dan direalisasikan,” jelasnya.

Sebagai pendiri JQH Unwahas, Gus Rifqi juga menyebut bahwa administrasi ‘Sang Pencipta’ sangat lengkap sehingga setiap manusia akan bertanggung jawab atas perbuatannya. 

“Dari sejak lauhul mahfuzh sudah ada catatan rencana atau takdir yang mubrom (pasti), dan ada takdir yang muallaq (kondisional), dari sebelum manusia lahir hingga meninggal semuanya tercatat,” tambahnya.

Menurut Gus Rifqi, makna tersirat dari ayat tersebut menjadi teladan bagi manusia dalam merencanakan kegiatan.

 

“Jadi calon ketua juga harus bisa memaparkan rencana program atau visi dan misi. Setelah jadi ketua pun demikian, mampu menyampaikan rencana kegiatan di hadapan pengurus atau dosen pembina,” tandasnya.

Namun demikian, Gus Rifqi menekankan pentingnya kekompakan dan konsistensi dalam berorganisasi, serta mengutamakan komunikasi yang baik. “Jangan terlalu kaku dengan aturan, tetap luwes menghadapi berbagai macam tipikal kader,” pesannya.

Setelah jeda istirahat dan salat Jumat, pengurus JQH Al-Hasyimi Unwahas melakukan pemetaan potensi kader yang dipandu oleh Ketua PC JQHNU Kota Semarang. Kegiatan ini diikuti oleh 90 peserta Matanajwa 2024.

“Ada divisi tahfiz, tilawah, kaligrafi, dan rebana. Yang terbaru, kita juga memiliki divisi dakwah,” kata Ketua JQH Al-Hasyimi Unwahas, Shohibul Anwar.

Shohibul Anwar menambahkan, pada tahun ini terdapat 15 mahasiswa baru (Maba) yang telah terdaftar sebagai anggota divisi tahfiz. 

“Dari 90 maba tersebut, 15 di antaranya telah mengikuti seleksi awal divisi tahfiz, dan mereka juga berpotensi untuk berkembang di divisi tilawah,” ujarnya.

Menurutnya, sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), JQH Unwahas dituntut untuk produktif dalam kaderisasi, termasuk dalam keterampilan dan profesi.

“Karena ini masih bentuk UKM, segala sesuatunya tetap kita koordinasikan dengan pembina dan pimpinan kampus, yaitu rektor atau wakil rektor bidang kemahasiswaan. Semoga ke depannya bisa lebih baik,” tutupnya.

https://jateng.nu.or.id/regional/makna-khilafah-sebagai-gejala-berorganisasi-jqhnu-kota-semarang-tidak-hanya-perbedaan-perspektif-nELTh

Author: Zant