Setiap shalat fardhu, aqiqah, pernikahan atau pun hadir ke acara keamagaan, pasti jamaah mendengar Qurrota A’yun yang dibacakan oleh kiai saat berdoa.
Doa yang dimunajatkan tak lain berhadap dianugerahkan pasangan dan anak yang menyejukkan hati. Lewat ketaatannya, ia membahagiakan orang di sekitarnya.
Berikut firman-Nya yang sering kali didengar oleh kita.
وَالذِيْنَ يَقوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أزْوَاجِنَا وَدُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إمَامًا (الفرقان: ٧٤)
Artinya: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari pasangan-pasangan dan anak-anak keturunan kami Qurrota A’yun, dan jadikanlah kami pemimpin (Imam) bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)
Secara bahasa, Qurrota A’yun artinya menyejukkan mata dan menyenangkan hati dalam sebuah keluarga. Dalam tanda kutip, tidak hanya dari satu sudut pandang saja, tetapi mencakup seluruh sudut pandang.
Atas nikmat, anugerah dan kebahagiaan yang diberikan Allah melalui pasangan dan generasi penerus, maksud menyenangkan hati dapat diartikan dalam berbagai sudut pandang yang luas, di antaranya:
1. Menyenangkan dari sudut pandang lahiriyah, seperti ucapan, tindakan, wajah, fisik, penampilan yang menarik hati dan tidak membosankan.
2. Menyenangkan dari sudut pandang pikiran yang sehat, seperti pendapat, ucapan, tindakan dan tidak bertentangan dengan akal.
3. Menyenangkan dari sudut pandang perasaan yang halus, seperti pendapat, ucapan, tindakan, penampilannya yang indah atau cocok dengan perasaan halus. Tidak kaku dan kasar.
4. Menyenangkan dari sudut pandang nilai dan syariat agama, seperti ucapan, tindakan, penampilan yang tidak bertentangan dengan syariat agama.
Keempat sudut padang yang didambakan oleh umat Islam. Tidak sekedar doa yang dimunajatkan, tetapi diikuti ikhtiar dan upaya nyata dari sebuah keluarga agar tercipta pasangan dan generasi yang Qurrota A’yun.
Hakikat dari keluarga Qurrota A’yun adalah seluruh anggota keluarga berakhlakul karimah. Berikurt ciri-cirinya.
1. Pendapatnya selalu logis dan proporsional serta tidak bertentangan dengan rasio.
2. Ucapannya halus, lembut, sopan, tidak kaku, dan menggunakan kalimat thayyibah.
3. Perbuatannya mencerminkan sikap orang yang beriman, berilmu, berbudaya, beradab dan tidak menyimpang dari ajaran agama.
4. Penampilannya setiap hari selalu rapi, bersih, sehat, tidak membosankan dan tidak bertentangan dengan agama, tradisi dan kebudayaan yang berlaku.
Untuk mencapai keempat tersebut, pasangan dan anak kita diberi asupan ilmu agama. Karena ilmu agama menjadi pondasi, tiang, pijakan atau jembatan buat mereka agar menjadi pemimpin ibu rumah tangga dan anak yang bertakwa.
Jika keempat ciri itu diciptakan sejak dini dalam keluarga, mereka akan berproses menjadi anggota keluarga yang bertakwa seperti doa nabi.
https://jatim.nu.or.id/keislaman/makna-qurrota-a-yun-dalam-sebuah-doa-07qfE