Suksesnya imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i-juga para imam yang lain-dalam membangun peradaban intelektual dunia adalah catatan sejarah menarik yang tak boleh dilupakan. Kisah-kisah As-Syafi’i dalam menjalani proses kesuksesannya harus terus menggema di telinga umat.
Menjadi pelajaran berharga, motivasi dan dorongan untuk menciptakan perbaikan dan peningkatan kualitas intelektual kita dan generasi-generasi selanjutnya. Umat tidak boleh alpa pengetahuan bahwa kegigihan serta ketekunan As-Syafi’i dalam menuntut ilmu seiring dengan kefakiran finansialnya yang akut.
Catatan semacam ini harus tersampaikan secara benar dan objektif sehingga masyarakat awam tak lagi menyangka bahwa sukses hanya milik orang kaya.
Kesuksesan As-Syafi’i yang sangat heroik dalam misi melepas belenggu kebodohan umat manusia ini, rupanya tak lekang dari isyarat-isyarat mimpi yang menggambarkan cerah masa depan dunia di garis tangan yang telah dipersiapkan untuknya. Benar apa yang disampaikan baginda Nabi bahwa kita semua selalu dipermudah oleh Allah untuk memperoleh apapun yang telah tercipta dan dipersiapkan untuk kita.
Seseorang yang dipersiapkan Allah menjadi sosok kiai alim lagi kharismatik tentu akan dipermudah untuk mencapainya. Namun, bukan berarti yang tidak dipersiapkan untuk itu, boleh memilih berhenti belajar. Tidak. Karena belajar itu sebuah keharusan, sedang menjadi kiai alim-kharismatik adalah pilihan Tuhan. Hanya tentang profesi dan tugas hidup yang berbeda saja.
Segala informasi tentang riwayat-riwayat mimpi berikut ini sebagai isyarat kesuksesan as-Syafi’i di masa depan, kami sadur dari Kitab Manaqib al-Imam as-Syafi’i karya seorang mufasir besar, Imam Fakhruddin Ar-Razi (hal. 24-25).
Isyarat Mimpi Fatimah, Ibunda As-Syafi’i
Imam Muhammad bin Abdul Hakam pernah meriwayatkan cerita tentang mimpi Fatimah binti Ubaidillah al-Azdiyah-ibunda imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i-bahwa dahulu saat tengah mengandung as-Syafi’i, bermimpi melihat bintang terbesar (al-musytari)-beberapa kamus menerjemahkannya dengan planet Yupiter-keluar dari perutnya. Bintang itu meluncur dan menukik jatuh di Negeri Mesir, kemudian pecahan-pecahannya terlempar ke seluruh penjuru dunia.
Melihat kejadian aneh itu dalam mimpinya, tentu menimbulkan kecemasan luar biasa. Hingga akhirnya istri kinasih syekh Idris yang terkenal warak itu bertanya kepada banyak pakar tafsir mimpi (al-mu’abbirun) ihwal makna dari apa yang dilihatnya itu.
Para pakar tafsir mimpi menjawab-berdasarkan cerita dari Fatimah bin Ubaidillah-bahwa nanti akan lahir seorang yang alim nan mulia. Di mana ilmunya akan tersebar, menjadi mata air segar di seluruh daerah kawasan Islam. Kendati mungkin hanya satu atau dua orang muslim yang tinggal di sana.
Saat as-Syafi’i Bermimpi Bertemu Baginda Nabi
Pada suatu waktu, imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i bermimpi bertemu baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Entah berapa usianya waktu itu, penulis sendiri belum menemukan keterangan jelas. Yang pasti, imam as-Syafi’i masih berusia di bawah 15 tahun. Saat ia masih sebagai santri, rajin menghadiri banyak halaqah intelektual. Lantaran, dalam mimpinya, baginda Nabi menyeru dengan panggilan ghulam (panggilan untuk anak dari usia 0, hingga mendekati usia balig). Selain juga karena as-Syafi’i telah menjadi mufti di usia 15 tahun itu.
Dalam mimpi tersebut, baginda Nabi menyapa as-Syafi’i dan bertanya, Ya ghulam, mimman anta? (Wahai pemuda, dari keturunan mana engkau berasal?), tanya baginda Nabi lembut. As-Syafi’i menjawab, Min rahthika ya Rasulallah (Saya ini bagian dari kerabatmu wahai Rasulullah), jawab as-Syafi’i. Lalu, baginda Nabi memerintahkannya untuk mendekat. Setelah berdiri tepat di hadapan Nabi, tiba-tiba sang insan kamil bersiap-siap untuk meludah. As-Syafi’i tempaknya mengerti apa yang dimaksud Nabi. Ia segera membuka mulut, dan akhirnya ludah mulia itu membasahi lisan, mulut dan bibir as-Syafi’i.
Lalu, Nabi bersabda, Imdhi! Barakallahu fik (Pergilah! Semoga Allah selalu memberkatimu), doa baginda Nabi mengakhiri percakapan. As-Syafi’i pun pergi dan lalu terjaga.
As-Syafi’i Bermimpi Menerima Cincin dari Ali bin Abi Thalib
Suatu saat, imam as-Syafi’i sendiri berkisah prihal dirinya yang pernah bermimpi bertemu Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah. Dalam mimpinya, suami Sayyidah Fatimah ini memberi salam kepada as-Syafi’i dan berjabat tangan, lalu imam Ali melepas cincin dari jarinya dan memakaikan cincin tersebut di jari imam as-Syafi’i.
Karena penasaran, selepas terjaganya, ia bertanya kepada sang paman yang kebetulan memiliki analisa tafsir mimpi yang cukup tajam. Tanpa berpikir lama, saudara ayah Imam As-Syafi’i ini menjelaskan maksud dari mimpi kemenakannya itu. Ia mengatakan:
أما مصافحتك لعليّ بن أبي طالب فهي أمان لك من العذاب. وأما أنه خلع خاتمه وجعله في إصبعك فسيبلغ إسمك ما بلغ إسم عليّ رضي الله عنه في المشرق والمغرب
Artinya, “Makna jabat tanganmu dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah lambang dari sebuah keselamatan. Kamu akan selamat dari siksa akhirat. Sedangkan makna saat Sayyidina Ali melepas cincinnya dan memakaikannya padamu, suatu saat namanu juga akan setenar nama Sayyidina Ali. Akan terkenal dari ujung timur hingga ujung barat.”
Dan, benar saja. Hari ini, dengan hitungan interval waktu yang telah berabad-abad, semua masyarakat muslim dipastikan mengenal imam as-Syafi’i seperti mereka mengenal Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Itu artinya, mereka memiliki ketenaran yang sama. Yang paling keren, bahwa keduanya tidak hanya terkenal di bumi. Tetapi juga di langit. Bahkan bisa jali lebih terkenal di kalangan penduduk langit.
Hal terpenting yang mesti dicatat juga, khususnya terkait mimpi As-Syafi’i saat mulut, lisan dan bibirnya basah oleh ludah mulia baginda Nabi adalah bahwa kejadian yang serupa bisa saja terjadi dalam kehidupan nyata. Saat terjaga.
Kendati mungkin tidak harus langsung dari baginda Nabi Muhammad. Melainkan dari pada pewarisnya. Para kiai dan ibu nyai, para habib, sekalian tuan guru, ustadz yang difasilitasi spiritual yang tinggi. Sehingga, mereka semua diberi izin oleh Allah untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan baginda Nabi dalam mimpi Imam As-Syafi’i. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bis shawab.
Ustadz Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumni Ma’had Aly Situbondo dan founder Lingkar Ngaji Lesehan di Lombok, NTB.
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.