Jakarta, NU Online
Khartoum, ibu kota Sudan, memanas dengan adanya saling serang antara Tentara Sudan dan Paramiliter Rappid Support Forces (RSF). Rentetan tembakan, desing peluru, dan dentuman serangan pesawat tempur terdengar begitu jelas. Peristiwa itu dimulai sejak Sabtu (15/4/2023) pukul 09.00 waktu setempat. Hal tersebut kian memanas pada Ahad (16/4/2023) ini membuat pertempuran dan serangan dilakukan masing-masing tanpa henti.
Kondisi tersebut membuat aktivitas warga sipil lumpuh. Pembelajaran di kampus-kampus terhenti. Warga NU yang tengah studi di sana pun terkena dampaknya belum dapat belajar di kampus masing-masing. Bahkan, beberapa juga terisolasi karena tidak memungkinkan keluar dari tempat tinggal masing-masing.
Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan Ahmad Fauzi menyampaikan bahwa beberapa warga NU melaporkan kehabisan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
“Kondisi yang mengharuskan untuk tetap berdiam diri di rumah dengan kondisi tidak ada listrik dan air serta tidak ada suplai bahan makanan, membuat pasokan kebutuhan sehari-hari semakin menipis, bahkan ada beberapa laporkan sudah kehabisan stok kebutuhan sehari-harinya,” ujarnya kepada NU Online pada Senin (17/4/2023).
PCINU Sudan mengupayakan agar kebutuhan-kebutuhan dasar warga NU di sana dapat terpenuhi. Hal ini dilakukan senantiasa terus berkoordinasi dengan perwakilan pemerintah Indonesia di sana.
“Saat ini, kami dari pengurus PCINU Sudan masih fokus pada penanganan kepada Nahdliyyin dan pemenuhan kebutuhannya, serta berkoodinasi dengan perwakilan pemerintah Indonesia di Sudan,” katanya.
Dalam hal ini, PCINU Sudan juga menggalang donasi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi WNI yang terkena dampak konflik yang sedang terjadi ini. Donasi dapat disalurkan dengan transfer ke rekening BSI 7187730338 atas nama PCINU Sudan. Konfirmasi donasi melalui Nahjul Fikri (+249 11 599 9596) dan Mariati Maulida (+249 12 446 7480).
Fauzi menyampaikan bahwa ada 139 warga NU di Sudan. Mereka tersebar di berbagai daerah di Sudan, mulai dari ibukota Khartoum, Omdurman hingga Madani.
“Mereka ada yang tinggal di sekretariat PCINU Sudan, asrama universitas, rumah-rumah yang disewa dan beberapa ada yang tinggal di masjid,” katanya.
PCINU Sudan sudah mengimbau kepada warga NU di sana agar tetap berlindung di kediaman masing-masing sembari terus menjalin komunikasi dengan rekanan, PCINU Sudan sendiri, maupun perwakilan pemerintah Indonesia.
Sebab, lokasi pertempuran sangat dekat dengan lingkungannya. Tak pelak, suara-suara tembakan terdengar keras dari tempat tinggal mereka. Bahkan, katanya, beberapa peluru menyasar ke rumah-rumah tempat mereka tinggal. “Sempat ketika pertempuran memanas, pesawat tempur berkali-kali melewati rumah kami,” ujarnya.
Fauzi juga menyebut bahwa pembelajaran di kampus diliburkan karena sudah tidak memungkinkan lagi. Hal ini mengingat tempat pertempuran sangat dekat dengan kampus dan asrama kampus.
“Terutama di kampus Internasional University of Africa yang terletak di Khartoum sangat dekat dengan Medan pertempuran. Para mahasiswi asrama perempuan terpaksa diungsikan ke auditorium mu’tamarat IUA agar lebih aman,” katanya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.