Mengapa Bermaaf-Maafan di Hari Raya

Kini kita telah memasuki hari ketiga Idul Fitri, namun kita masih melihat orang-orang mengunjungi rumah sauadaranya, kawan atau sahabat lama untuk sekadar bersilaturrahim dan saling maaf-memaafkan. 

   
Tidak hanya itu, di hari ketiga ini masih tampak orang-orang yang tidak sengaja bertemu dengan orang lain di jalanan yang terkadang mereka tidak saling mengenal tapi tiba-tiba salah satunya menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan sambil berucap “minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin” yang langsung dijawab oleh yang satunya “sama-sama”.

Mengapa musti bermaaf-maafan di hari raya?, itulah tradisi yang sangat indah yang diajarkan oleh para leluhur kita (para ulama) untuk menunjukkan bahwa seseorang benar-benar telah berhasil puasanya.

Hal ini dikarenakan puasa seseorang dikatakan berhasil manakala orang itu bertambah takwanya setelah berpuasa satu bulan penuh di Bulan Ramadhan, sedangkan di antara sekian tanda (ciri) orang yang bertakwa adalah bisa menahan marah dan memaafkan kesalahan orang lain.

   
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 134:

الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِ‌ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَ‌ۚ

Artinya:
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (QS Ali Imran : 134)

Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri
 


https://jateng.nu.or.id/taushiyah/mengapa-bermaaf-maafan-di-hari-raya-umKGl

Author: Zant