Probolinggo, NU Online Jatim
Ning Syiblia Hafsa Hasinah Iramani atau yang lebih dikenal Ning Syifa merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Baitus Sholihin Genggong Timur, Probolinggo. Di tengah kesibukannya menjadi seorang ibu rumah tangga dan pengasuh pesantren, Ning Syifa juga sukses membuka usaha fashion.
Dari akun instagramnya @zineyshopp pengikutnya sudah ribuan. Tak hanya fokus di bidang fashion dengan mendirikan butik, Ning Syifa juga punya usaha snack atau makanan. Serta usaha fried chicken.
Ning Syifa di usianya yang masih 30 tahun sudah memiliki tiga anak. meski demikian, tak menyulutkan dirinya untuk tetap mandiri serta tidak 100 persen bergantung pada suami.
“Alhamdulillah usaha fashion ini sudah saya jalani kurang lebih 13 tahun,” katanya kepada NU Online Jatim, Ahad (23/10/2022).
Ia mengatakan, salah satu motivasi berbisnisnya adalah mindset bahwa orang Islam harus kaya. Karena dengan kaya, perekonomian di dunia ini tidak akan dikuasai oleh orang non-muslim.
“Dengan itu, ketika perekonomian Islam sudah bangkit. Agama tidak akan mudah terjual dengan ekonomi,” ungkap istri dari Nun Diego Pimpinan Majelis Al Khori Wal Barokah ini.
Ning Syifa menyampaikan, seorang perempuan harus bisa menjadi seperti Sayyidah Khodijah. Perempuan yang menjadi saudagar kaya raya. Perempuan tidak boleh pasrah dengan kodratnya menjadi ibu rumah tangga.
Ia juga menceritakan, tujuannya berbisnis di antaranya adalah untuk membantu orang muslim dan sesama manusia yang membutuhkan. Bahkan salah satu karyawannya saat ini ada yang non-muslim.
Baginya, Rasulullah SAW merupakan motivator dirinya dalam berbisnis. Rasulullah seorang rasul yang sudah tentu dijamin surga masih berdagang dan mencari nafkah. Beliau mengajarkan tentang kejujuran dan amanah. Termasuk dalam berdagang harus jujur dan amanah.
Ning Syifa tak menampik bahwa harus menjalani hidup dengan peran ganda sebagai seorang istri dan ibu serta pengasuh pondok pesantren. Baginya, hal itu sama sekali tidak memberatkan dirinya untuk menjalani bisnis di bidang fashion, snack, hingga fried chicken.
“Awalnya sih menjadi tantangan berat. Tapi lama kelamaan menjadi biasa. Apalagi saya selalu didukung oleh suami dan orang tua. Serta juga diiringi dengan banyak berdoa dan ikhtiar,” ujarnya.
Melalui usahanya ini pula, Ning Syifa dapat mematahkan anggapan orang bahwa menjadi pengasuh hanya berkutat di pesantren. Baginya, bisnisnya atau usahanya telah membuktikan bahwa seorang nawaning juga mampu menjalani pengusaha.
“Alhamdulillah didikan orang tua sejak kecil yang menjadikan saya seperti ini sekarang. Saya selalu diajarkan mandiri dan capek. Tujuannya nanti agar tidak selalu bergantung kepada orang tua dan suami,” katanya.
Ning Syifa yang juga merupakan cucu asli Rhoma Irama ini berharap kepada semua santri bahwa ketika keluar dari pesantren jangan pernah melupakan jasa guru.
“Apalagi menjadi seorang perempuan. Jangan pernah menjadi perempuan yang tidak mempunyai prestasi apapun. Jangan menjadi perempuan yang mudah goyah, harus bisa menjadi perempuan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” tandasnya.