Mengukur Potensi Pagar Nusa Kembangkan Pengobatan Tradisional

Seiring dengan kebutuhan masyarakat, berbagai harapan disematkan kepada Pagar Nusa. Tidak hanya urusan silat, tetapi juga urusan lain semisal masalah pengobatan. Salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yaitu H Umarsyah mengarahkan agar Pagar Nusa berkiprah lebih jauh di bidang ketabiban dan pengobatan tradisional di forum Pembukaan Kongres IV Pagar Nusa. Hal ini tentu perlu direspons dengan progresif mengingat kedua bidang tersebut bisa menjadi wasilah yang konstruktif untuk khidmah pencak silat NU ini kepada masyarakat.

Silat selain menjaga kesehatan juga memiliki dimensi altruistik untuk menolong orang lain. Banyak kiai NU yang menguasai ilmu kanuragan sekaligus juga menguasai kemampuan pengobatan. Keduanya seolah tidak terpisahkan dalam khazanah ilmu Islam untuk menyehatkan masyarakat. Di berbagai pesantren, banyak kiai yang selain mengajar juga memberikan layanan penyembuhan kepada masyarakat yang sakit.

Dalam sejarah silat dan ketabiban di pesantren, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari mengembangkan kesenian pencak silat di pesantrennya sekaligus berkiprah sebagai ahli suwuk. Suwuk atau ruqyah sudah lazim dikenal dan saat ini semakin populer. Di kalangan pesantren, berbagai kitab tentang pengobatan yang berisi khazanah tibbun nabawi sering dikenal dengan ilmu hikmah. Di Pesantren Tebuireng sendiri ada peninggalan kitab di bidang ilmu hikmah. Hal itu menunjukkan bahwa pesantren Mbah Hasyim memberikan perhatian terhadap upaya penyehatan umat. 

Kisah yang terkenal tentang pengobatan ruqyah oleh kakek Presiden ke-4 RI ini tidak hanya untuk kaum muslimin. KH Hasyim Asy’ari bahkan pernah mengobati anak seorang petinggi pabrik gula Cukir dengan media air. Petinggi pabrik gula Belanda itu bernama Tuan Ribes yang mengirimkan utusan kepada KH Hasyim Asy’ari untuk meminta air doa. Karena panggilan kemanusiaan, Hadratussyekh memberikan air untuk diusapkan ke tubuh anak dari Tuan Ribes. Atas ijin Allah, anak itu mendapatkan kesembuhan (Huda, 2014).

Gus Maksum Jauhari sebagai pendiri Pagar Nusa juga memiliki kemampuan pengobatan dengan bahan-bahan herbal. Berbagai resep herbal peninggalan Gus Maksum telah diinventarisasi dan ditulis dalam buku yang memuat biografinya. Temuan-temuan terhadap khasiat bahan yang dituliskan oleh Gus Maksum ternyata menunjukkan bahwa kemampuan pengobatan sangat ilmiah dan sesuai dengan sains kesehatan. Sudah banyak masyarakat yang memperoleh kesembuhan dari berbagai penyakit dengan resep dari Gus Maksum Jauhari. Ada 32 resep pengobatan ala Gus Maksum yang telah diinventarisasi. Bukti khasiatnya telah diujikan sebagai eksperimen pribadi Gus Maksum dan terekam dalam tulisan di buku tersebut (Nurfauzi, 2021). 

Tidak hanya KH Hasyim Asy’ari dan Gus Maksum yang pernah memperkenalkan ilmu ketabiban, tokoh NU sekaliber Gus Dur juga memiliki pandangan yang jauh ke depan untuk menunjang pengobatan tradisional. Bahkan Gus Dur pernah memiliki gagasan yang sangat maju untuk mendirikan pabrik jamu Bedug Bintang Sembilan dalam rangka mendukung kesehatan kaum Nahdliyyin sekaligus mengembangkan perekonomian umat. Gagasan ini masih jarang diketahui oleh warga NU bila tidak diungkapkan oleh seorang pemilik media di tanah air yang menjadi mitra ketika merealisasikan gagasan Gus Dur ini. Namun, karena waktu itu Gus Dur kemudian memiliki kesibukan menjadi presiden RI, maka pabrik jamu itu tidak berlanjut.

Dewasa ini, ilmu-ilmu kesehatan yang berkembang di lembaga pendidikan tinggi NU semakin lengkap. Ada banyak universitas NU yang memiliki program studi farmasi. Salah satu perguruan tinggi milik Nahdliyin yang memiliki program studi farmasi dengan lengkap adalah Universitas Wahid Hasyim Semarang. Di universitas ini ada Program Studi S1 Farmasi hingga Program Studi Profesi Apoteker (PSPA). Sebagai perguruan tinggi farmasi yang lengkap, Universitas Wahid Hasyim tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Nahdliyin di Jawa Tengah, tetapi juga Nahdliyin di Indonesia.

Ilmu farmasi ini merupakan gudangnya pengkajian tentang obat, termasuk obat tradisional dan herbal. Program studi farmasi di perguruan tinggi NU itu pasti memiliki sumber daya manusia yang cakap untuk mengembangkan penelitian herbal. Banyak di antara dosen mereka yang bergelar apoteker, magister, bahkan Doktor di bidang Farmasi. Apoteker yaitu seorang profesional sekaligus tenaga kesehatan yang menguasai ilmu tentang obat dan produk kesehatan lainnya secara komprehensif.

NU juga memiliki lembaga kesehatan yang berisi para dokter muslim andal. Peran para dokter ini sudah tidak dipungkiri lagi akan menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di berbagai rumah sakit yang dimiliki NU. Dengan basis sains modern, ilmu kedokteran yang diterapkan di rumah sakit juga dapat memberikan ruang terhadap pengembangan pengobatan islami seperti tibbun nabawi maupun penggunaan bahan herbal alami.

Di sisi lain, banyak khazanah pengobatan ala pesantren yang perlu disebarluaskan untuk umat. Berbagai metode pengobatan islami khas pesantren banyak yang belum diketahui oleh masyarakat. Bahkan, masih ada masyarakat yang salah paham sehingga menganggap pengobatan islami khas pesantren mirip dengan perdukunan. Berangkat dari sinilah, peran santri dan kiai bersama dengan pendekar Pagar Nusa bisa dimulai untuk memasyarakatkan ilmu ketabiban islami.

Pagar Nusa juga bisa berkolaborasi dengan Jamiyah Ruqyah Aswaja (JRA) yang berada di bawah Lembaga Dakwah NU (LDNU). Layanan ruqyah oleh JRA selama ini dikenal sebagai pengobatan spiritual untuk berbagai gangguan kesehatan. Baik penyakit fisik maupun penyakit non fisik dapat dibantu penyembuhannya melalui ruqyah (Nurfauzi, 2021).

Melalui praktik langsung untuk melayani masyarakat, Pagar Nusa dapat mengenalkan berbagai metode pengobatan penyakit. Seni olahraga fisik dan olah napas serta zikir akan memberikan ciri khas dari silat untuk kesehatan. Kolaborasi dengan kiai yang ahli suwuk atau ruqyah maupun menggandeng akademisi serta tenaga kesehatan merupakan salah satu cara unik yang dapat ditempuh oleh Pagar Nusa. Upaya tersebut dapat dibingkai dalam bakti sosial, pelatihan, atau berbagai bentuk khidmah lainnya.

Khidmah Pagar Nusa di bidang kesehatan ini nantinya bisa diperluas untuk mendukung kemandirian umat. Masyarakat yang kurang beruntung dalam perekonomian akan sangat terbantu apabila ada layanan kesehatan yang komprehensif untuk mereka. Selain itu, apabila ada peluang untuk mengembangkan produk jamu atau herbal bersama dengan perguruan tinggi farmasi, tentu bisa menjadi industri yang mampu menyerap tenaga kerja baru. Wallahu a’lam bis shawab

Yuhansah Nurfauzi, pemerhati kesehatan tinggal di Cilacap, Jawa Tengah

Daftar Pustaka

  1. Huda, 2014, Guru Sejati Hasyim Asy’ari, Pustaka Inspira, halaman 250-251
  2. Nurfauzi, Y, 2021, Penjelasan Ilmiah Terapi Covid-19 dengan Metode Ruqyah, https://jateng.nu.or.id/opini/penjelasan-ilmiah-terapi-covid-19-dengan-metode-ruqyah-RiDv3
  3. Nurfauzi, Y., 2021, Resep Antiinfeksi menurut Gus Maksum Djauhari, Sumber: https://www.nu.or.id/fragmen/resep-antiinfeksi-menurut-gus-maksum-djauhari-aiWW5

  


https://jateng.nu.or.id/opini/mengukur-potensi-pagar-nusa-kembangkan-pengobatan-tradisional-5ileF

Author: Zant