Moderasi Beragama Rawat Kehidupan Keagamaan sekaligus Jaga Keindonesiaan

Tangerang Selatan, NU Online 
Menteri Agama Republik Indonesia 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan bahwa moderasi beragama tidak hanya dalam rangka merawat kehidupan keagamaan, tetapi juga untuk menjaga keindonesiaan.

Hal tersebut diungkapkan pada kegiatan Bedah Buku Moderasi Beragama “Tanggapan atas Masalah, Kesalahpahaman, Tuduhan, dan Tantangan yang Dihadapinya” yang dilaksanakan di Wisma Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (8/12/2022).

“Saya ingin menggarisbawahi bahwa moderasi beragama tidak hanya semata dalam rangka untuk menjaga, memelihara, merawat kehidupan keagamaan kita. Tetapi juga sekaligus lebih utama, dan tidak kalah pentingnya adalah untuk menjaga keindonesiaan,” ujarnya.

Menurutnya keindonesiaan memiliki dua ciri utama yang tidak akan pernah hilang sebagai sebuah bangsa. Pertama, adalah keberagaman dan kemajemukan. Kedua, sangat agamis.

“Inilah bangsa yang dalam menjalankan aktivitas kesehariannya di bidang apapun, di sektor apapun tidak akan pernah bisa meninggalkan atau melepaskan diri dari nilai-nilai agama. Jadi agama itu begitu menyatu pada kita ini. Sehingga menjaga keindonesiaan itu hakikatnya adalah menjaga keberagaman yang hakikatnya given, dan sekaligus menjaga kehidupan keagamaan kita,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengatakan bahwa moderasi beragama bukan hanya sekadar olah pikir, tetapi juga sikap hidup yang disertai dengan keberanian.

“Bagi saya moderasi beragama harus menjadi bagian dari sikap hidup kita. Memang tidak mudah mengelola keragaman, dan keberagamaan di Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa moderasi beragama merupakan sebuah tawaran, dan sangat membantu dalam membuka ruang dialog. Serta beragama memiliki prosedur, dan tahapan yang sangat jelas.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Qotrunnada Wahid mengibaratkan moderasi beragama seperti menanam padi.

“Kalau padi ini tanam, kita tebar, kemudian kita rawat, kita siangi, maka kita nanti akan panen. Jadi kita bicara keberagaman masyarakat secara umum. Sementara gerakan kontra ekstremisme, kontra radikalisme itu seperti membasmi hama wereng,” ucapnya.

Alissa menjelaskan bahwa moderasi beragama dengan kontra ekstremisme, dan kontra radikalisme saling komplementer, tetapi mempunyai karakter yang berbeda. Moderasi beragama memiliki karakter menyemai, karakter menumbuhkan. Sementara kontra ekstremisme, dan kontra radikalisme karakternya negatif, wataknya curiga dan perang.

Buku Moderasi Beragama Karya Lukman Hakim Saifuddin

Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan bahwa buku “Moderasi Beragama: Tanggapan atas Masalah Kesalahpahaman, Tuduhan, dan Tantangan yang Dihadapinya” ditulis pada Bulan Januari 2022. Ketika ia mendapat kabar akan diberi gelar Doktor Honoris Causa oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

“Maka saya lalu berpikir, meskipun tidak ada kewajiban untuk membuat karya tulis. Tetapi saya merasa kok tidak nyaman mendapatkan gelar doktor, tetapi tidak memberikan kontribusi pemikiran atau apa yang bisa disumbangkan kepada masyarakat melalui dunia akademik,” ujarnya.

Putra KH Saifuddin Zuhri tersebut membutuhkan waktu sekitar 4 bulan untuk menyelesaikan buku tersebut. “Tulisan itu sebenarnya refleksi atas pengalaman saya dua tahun ini setelah tidak lagi menjabat (Menteri Agama), yang banyak berkecimpung tentang moderasi beragama dalam sejumlah seminar, pelatihan workshop, forum-forum diskusi, dan seterusnya,” tandasnya.

Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Syamsul Arifin 

Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

https://www.nu.or.id/nasional/moderasi-beragama-rawat-kehidupan-keagamaan-sekaligus-jaga-keindonesiaan-N6nLi

Author: Zant