Semarang, NU Online Jateng
Nahdlatul Ulama (NU) berperan penting dalam menyelamatkan Islam dari gerakan pemaksaan satu mazhab yang digagas oleh Kongres Dunia Islam di Saudi Arabia 1 abad yang lalu.
Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang KH Hanief Ismail mengatakan, para ulama pesantren nusantara saat kongres itu tidak diundang, namun KH Hasyim Asy’ari mengutus KH Wahab Chasbullah untuk hadir dan memberi masukan-masukan penting.
“Akhirnya masukan diterima dan Islam berkembang dengan kebebasan memilih mazhab yang sesuai,” kata Kiai Hanief yang juga Pengasuh Pesantren Raudlatul Qur’an An-Nasimiyyah dan Ketua Pembina Yayasan Pendidika Islam (YPI) Nasima Semarang.
Hal itu disampaikan saat taushiyah dalam acara tasyakuran peringatan hari lahir (harlah) ke-100 NU yang diselenggarakan YPI Nasima di Masjid Baitul Masykur Kompleks SMA Nasima Jalan Yos Sudarso 17 Arteri Utara, Kota Semarang pada Sabtu (5/2/2023).
Disampaikan, KH Hasyim Asy’ari dan para ulama Nusantara yang pada kemudian hari mendirikan NU berupaya membumikan Islam rahmatan lilalamin atau Islam yang menebar kasih sayang kepada semesta.
“NU yang didirikan tanggal 16 Rajab 1344 H lanjutnya, mengajarkan iman, Islam, dan ihsan atau akidah, syariah, dan tasawuf atau akhlak secara matang dalam sistem pendidikan yang holistik integratif di pesantren maupun masyarakat dengan pendekatan kebudayaan,” terangnya.
Ditambahkan, dasar yang digunakan NU adalah Al-Qur’an, sunah, ijma, dan qiyas. Dalil naqli dan aqli diterapkan secara komprehensif. Dalam konteks Indonesia dan dunia ujarnya, NU menyepakati NKRI sebagai negara bangsa dan Pancasila sebagai azas tunggalnya.
Kemudian sambungnya, mengembangkan toleransi dan kerukunan berdasarkan persaudaraan atau ukhuwah Islamiyah (sesama muslim), wathaniyah (sesama bangsa Indonesia), dan basyariyah (sesama umat manusia).
“Jejak-jejak jasa NU untuk peradaban bangsa dan dunia di bidang keagamaan, kemanuasiaan, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya sangatlah banyak. Jalan keagamaan dan kebangsaan NU sejalan dengan visi, misi, serta karakter Sekolah Nasima. Meski tidak secara formal masuk dalam struktur organisasi NU, namun gerak langkah Nasima seiring dengan NU dalam memajukan bangsa dan peradaban,” ucapnya.
Kepala SD Nasima TY Raharjo menjelaskan, tumpeng merupakan wujud simbolik syukur sekaligus harapan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Kita bersyukur atas karunia usia 1 Abad NU, jasa NU untuk Indonesia dan dunia, serta harapan semoga NU terus tegak berdiri, semakin jaya dalam khidmat kepada peradaban bangsa serta dunia,” ungkapnya.
Tasyakuran 1 Abad NU ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh KH Hanief Ismail, Ketua Pendiri YPI Nasima, H Yusuf Nafi, dan Ketua Pengurus Indarti.
KH Hanief Ismail memotong puncak tumpeng dan meletakkannnya di piring yang tersedia. Ketua Pendiri YPI Nasima, H Yusuf Nafi meneruskan dengan memberi lauk pauk nabati berupa tahu dan tempe.
Setelah itu berlanjut Ketua Pengurus YPI Nasima, Indarti menambahkan lauk berupa sayap ayam dan ikan layur asin. Pengawas YPI Nasima, H Najahan Musyafak melengkapinya dengan memberi urap sayur-sayuran.
Potongan tumpeng yang tersaji lengkap itu diserahkan KH Hanief Ismail kepada Kepala SD Nasima, TY Raharjo sebagai representasi generasi muda NU.
Penulis: Samsul Huda