Bandung, NU Online Jabar
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersinergi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membangun 250 Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMNU). Badan usaha tersebut merupakan wujud dari realisasi pengembangan ekonomi Nahdliyin dalam memasuki abad kedua NU.
Salah satu bentuk realisasi itu adalah BUMNU Grosir yang menyediakan produk dengan harga bersaing untuk memberikan dukungan penuh kepada pedagang kecil, UMKM, pengecer, dan konsumen ritel.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua PBNU Bidang Kesejahteraan Rakyat Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid dalam acara Pencanangan Gerakan Kemandirian Ekonomi NU dan Khotmil Qur’an untuk BUMNU Grosir Jember, Jawa Timur sebagaimana diberitakan NU Online, pada Senin (6/2/2023).
Alissa mengharapkan, kegiatan usaha itu akan memberikan efek domino secara langsung, baik kepada organisasi maupun kepada pelaku usaha kecil lainnya.
“Sebagai model adalah BUMNU Grosir Jember, yang akan segera diresmikan dalam waktu dekat, dimulai dengan soft opening minggu ini,” ucap Alissa dalam keterangan tertulis yang diterima NU Online, hari ini.
Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan mengusung semangat 1 abad berdirinya NU dan menyongsong kebangkitan baru di abad kedua, PBNU terus berusaha untuk merealisasikan agenda-agenda pengembangan ekonomi jamiyah dan jamaah NU sebagaimana mandat Anggaran Dasar NU dan semangat para muassis (peletak dasar) NU.
Alissa kemudian mengutip kalimat heroik yang tercantum di dalam Statuten (anggaran dasar) Perkoempoelan Nahdlatoel Oelama 1926. Statuten tersebut menegaskan bahwa NU memiliki perhatian sangat besar kepada urusan keumatan selama tidak terlarang oleh syariat Islam.
“…..memperhatikan hal-hal jang berhoeboengan dengan masdjid-masdjid, soeraoe-soeraoe, dan pondok-pondok, begitoe joega dengan hal ihwalnja anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin, serta mendirikan badan-badan oentoek memajoekan oeroesan pertanian, perniagaan jang tiada terlarang oleh sjara’ agama Islam.”
Putri sulung Presiden Ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menjelaskan bahwa sejak awal berdirinya, NU memiliki mimpi dan proyeksi untuk membangun dan mengembangkan unit-unit usaha.
Rais Akbar Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, kata Alissa, pernah mendirikan usaha dagang. Lalu KH Abdul Wahab Chasbullah juge dikenal sebagai pengusaha. Sebelum NU resmi berdiri pada 1926 juga telah ada perkumpulan Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Niagawan pada 1918.
“Namun dalam perkembangannya, ikhtiar perniagaan dan perekonomian tidak berkembang sepesat upaya dakwah dan pendidikan yang melahirkan ribuan masjid dan pesantren,” ucap Alissa.
Untuk itu, PBNU akan bertekad menghidupkan kembali spirit awal NU yang tampak redup di 100 tahun pertama, yakni di antaranya spirit memajukan perekonomian.
4 Agenda pengembangan ekonomi
PBNU memiliki sejumlah langkah yang telah dicanangkan untuk membangkitkan spirit Nahdlatut Tujjar di kalangan Nahdliyin serta beberapa program yang ditujukan untuk penguatan kemandirian organisasi.
Guna mewujudkan kemandirian itu, PBNU memiliki 4 agenda strategis, yaitu pengembangan sumberdaya ekonomi perkumpulan melalui unit-unit usaha, peningkatan ekonomi warga NU, pengembangan ekonomi berbasis pesantren, dan pengembangan ekonomi khusus. \
“Empat strategi ini dipilih untuk memenuhi kebutuhan NU sebagai jamiyah (organisasi) maupun jamaah (warga NU). Sebab salah satu tujuan NU sebagai perkumpulan sosial keagamaan Islam adalah untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat,” tegas Alissa.
1. Pengembangan Sumberdaya Ekonomi Perkumpulan
Agenda ini akan bertujuan untuk mewujudkan kemandirian organisasi, dilakukan dengan pendirian BUMNU sampai tingkat struktur pengurus cabang NU.
2. Peningkatan Ekonomi Warga NU
Di dalam agenda ini, PBNU memfasilitasi inisiatif ekonomi Nahdliyin Nahdliyat dengan berbagai program, di antaranya penguatan ekonomi keluarga, literasi dan edukasi keuangan, fasilitasi berbagai koperasi warga NU, pengembangan ekosistem usaha, penguatan akses permodalan, dan pemasaran.
PBNU dibantu oleh Lembaga Perekonomian (LP) NU untuk mengembangkan program 3 pilar yaitu Bisa Kerja, Bisa Bisnis, dan UMKM Meroket. Sementara Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) NU berfokus pada pengembangan usaha pertanian dan agribisnis dengan program peternakan ayam dan penyediaan benih.
3. Pengembangan Ekonomi Pesantren
Agenda ini meliputi pendidikan kewirausahaan dan keterampilan kerja santri, pendirian badan usaha milik pesantren, dan program pesantren sebagai pusat pengembangan ekonomi warga sekitar.
4. Peningkatan Ekonomi Khusus
Pada agenda ini, PBNU berfokus pada pengentasan kemiskinan ekstrem, serta peningkatan kegiatan ekonomi perempuan dan difabel.
Alissa menegaskan, 4 strategi itu disusun untuk mengakselerasi tujuan kemandirian bagi organisasi dan para Nahdliyin. Kemudian semua agenda strategis itu dapat berjalan karena dukungan berbagai pihak di antaranya kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, BUMN, dan badan usaha milik swasta.
Ia juga menyebutkan beberapa kerja sama yang telah dirintis. Di antaranya, program wirasantri dengan Kementerian Koperasi dan UKM, program kemandirian pesantren dengan Kementerian Agama dan Bank Indonesia, serta program perdagangan dengan Kementerian Perdagangan.
Editor: Abdul Manap