Pengantar Tafsir Surat Al-’Ashr: Spesifikasi, Munasabah, dan Keutamaannya

Spesifikasi Surat Al-’Ashr
 

Surat Al-‘Ashr tergolong surat Makiyah menurut mayoritas mufasir, yang diturunkan setelah surat Al-Insyirah dan sebelum surat Al-‘Adiyat. Surat Al-‘Ashr terdiri dari tiga ayat, 14 kata, dan 68 huruf. Secara umum surat Al-‘Ashr mencakup penjelasan siapa yang tergolong sebagai orang-orang yang beruntung dan siapa orang-orang yang merugi. Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H) mengatakan bahwa surat ini adalah surat Makiyah.
 

Sebagai dalilnya beliau mengatakan:
 

“Mereka menyebutkan bahwa Amr ibnul ’Ash menjadi delegasi untuk menjumpai Musailamah Al-Kazzab. Peristiwa itu terjadi sesudah Rasulullah saw diutus dan sebelum Amr masuk Islam. Musailamah berkata kepadanya: “Apakah yang telah diturunkan kepada temanmu (Muhammad saw) sekarang ini?” Amr pun menjawab bahwa telah diturunkan kepadanya surat yang pendek, tetapi padat akan makna. Maka Musailamah bertanya, “Surat apakah itu?” Amr membacakan firman-Nya:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Artinya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (QS Al-‘Asr: 1-3).
 

Musailamah berpikir sejenak, kemudian mengatakan bahwa telah diturunkan pula kepadaku hal yang serupa. Ini paya Musailamah untuk membuat tandingan surat Al-‘Ashr. 

Amr Ibnul As pun bertanya: “Apakah itu?” Musailamah berkata:
 

یَا وَبْر یَا وَبْر، إِنَّمَا أَنْتِ أُذُنَانِ وصَدْر، وَسَائِرُكِ حَفْزُ نَقْز
 

Artinya, “Hai kelinci, hai kelinci, sesungguhnya engkau hanyalah dua telinga dan dada, sedangkan anggota tubuhmu yang lain kecil mungil.” 
 

Kemudian Musailamah berkata: “Bagaimanakah menurut pendapatmu, hai Amr?” Amr menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya engkau benar-benar mengetahui bahwa aku pasti meyakinimu sebagai pendusta.” (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, [Beirut, Darul Kitab Ilmiyah: 1419 H], juz IV halaman 479).
 

 

Munasabah Surat Al-‘Ashr​​​​

Dalam surat sebelumnya, At-Takatsur, Allah swt menjelaskan bahwa sibuk dengan perkara dunia dan tenggelam di dalamnya merupakan sesuatu yang tercela dan merugikan diri sendiri. Dalam surat Al-‘Ashr ini, Allah swt ingin menjelaskan sesuatu yang wajib dijadikan sebagai kesibukan berupa iman dan amal saleh, yaitu sesuatu yang kembali kepada diri sendiri. Allah juga menjelaskan perbuatan saling menasehati, menjaga diri dari hal-hal yang dilarang atau kemaksiatan, yaitu sesuatu yang akan kembali kepada masyarakat secara umum. (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 330).

Keutamaan Surat Al-‘Ashr

Sayyid Thantahawi (wafat 2010) menukil perkataan Imam Al-Alusi: “Surat ini dengan keringkasannya mengumpulkan banyak ilmu.” Diriwayatkan dari Imam As-Syafi’i, ia berkata: “Jika saja tidak diturunkan surat dari Al-Qur’an kecuali hanya surat ini, sungguh surat ini sudah mencukupi, karena surat ini mencakup seluruh ilmu Al-Qur’an.”
 

Ath-Thabrani meriwayatkan dalam Kitab Al-Aushat dan Imam Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman​​​​​​​ dari Abi Hudzaifah dia berkata: 
 

كان الرجلان من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا التقيا لم يتفرقا، حتى يقرأ أحدهما على الآخر، سورة «والعصر» ثم يسلم أحدهما على الآخر …أى: عند المفارقة 
 

Artinya, “Ada dua sahabat Nabi saw ketika keduanya bertemu, mereka tidak akan berpisah melainkan salah satu dari mereka berdua membaca surah Al-‘Ashr terlebih dahulu. Lalu mengucapkan salam kepada yang lain ketika saling berpisah.” (Muhammad Sayyid Thanthawi, Tafsirul Washit, [Kairo, Dar Nahdlah: 1997 M], juz XV halaman 488).

Imam Al-Baidhawi (wafat 684 H) dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari Rasulullah saw tentang keutamaan surat ini: 

من قرأ سورة وَالْعَصْرِ غفر الله له وكان ممن تواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
 

Artinya, “Barang siapa membaca surat Al-’Ashr maka Allah akan memberikan ampunan kepadanya dan dia termasuk dari orang-orang yang saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran.” (Nasiruddin As-Syirazi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, [Beirut, Darul Ihya’: 1418 H], juz VI, halaman 336).
 

Syekh Amin Al-Harari (wafat 2019) dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari Imam As-Syafi’i yang berbeda dengan riwayat Imam As-Syafi’i di atas sebagai berikut: 
 

عن الإِمام الشافعي – رحمه الله تعالى – أنه قال: لو تدبر الناس هذه السورة لوسعتهم
 

Artinya, ” Dari Imam As-Syafi’i-rahimahullah-berkata: “Seandainya manusia merenungkan surat ini, pastilah surat ini cukup bagi mereka.”
 

Lanjut Syekh Amin menjelaskan bahwa surat ini merupakan surat paling agung, paling ringkas lafalnya, paling banyak maknanya, hikmah dan penjelasannya, dan karena keagungan yang terkumpul makna-makna bahasa yang tinggi. Seperti disebutkan dalam hadits tentang kisah dua  sahabat Nabi saw yang ketika bertemu mereka tidak akan berpisah melainkan salah satu dari mereka membaca surat Al-‘Asr terlebih dahulu. Hal ini agar keduanya saling mengingatkan tentang apa yang diwajibkan kepadanya, yatitu melakukan segala perintah dan meninggalkan yang dilarang. Surat ini juga menunjukkan i’jaz Al-Qur’an, yakni sedikit huruf namun menunjukkan atas segala hal yang dibutuhkan manusia dalam agama baik, secara ilmu ataupun amal. Selain itu,​​​​​​​ kewajiban saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran merupakan isyarat pada amar ma’ruf dan nahi munkar. (Muhammad Amin Al-Harari, Tafsir Hadaaiqir Ruh Warraihanm [Beirut, Dar Thuqun Najah: 2001], juz XXXII halaman 298). Wallahu a’lam bisshawab.

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma’had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo

Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

https://islam.nu.or.id/tafsir/pengantar-tafsir-surat-al-ashr-spesifikasi-munasabah-dan-keutamaannya-D9Mkm

Author: Zant